kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mau Ikut ICO Aset Kripto? Simak Tips Penting Ini Terlebih Dahulu


Minggu, 16 Januari 2022 / 16:26 WIB
Mau Ikut ICO Aset Kripto? Simak Tips Penting Ini Terlebih Dahulu
ILUSTRASI. Kripto. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Merujuk Coicmarketcap, dalam kurun waktu seminggu ke depan, setidaknya terdapat 9 koin yang tercatat memiliki upcoming projects. Dalam upcoming projects, terdapat beberapa jenis aksi yang bisa dilakukan oleh para calon koin tersebut.

Pertama, melakukan Initial Coin Offering alias ICO atau mirip-mirip dengan Initial Public Offering (IPO) di bursa saham. Berikutnya, terdapat Initial Exchange Offering (IEO) yang merupakan aksi lanjutan ICO karena tanggung jawab untuk mengelola dilakukan oleh centralized exchange, bukan lagi pada emiten tersebut. 

Sementara itu, terdapat juga bentuk terbaru dari IEO, yakni Initial Dex Offering (IDO) yang prosesnya terjadi di decentralized exchange. Lewat IDO, trader bisa melakukan transaksi tanpa harus membayar biaya exchange layaknya pada proses IEO. 

Dari sembilan koin yang ada di daftar tersebut, Cardashift (CLAP) jadi yang menarik perhatian karena punya target yang cukup besar, yakni US$ 8 juta pada rencana ICO-nya. Padahal, koin-koin lainnya hanya menargetkan dana sekitar US$ 100.000 - US$ 300.000.

Cardashift sendiri memiliki proyek berupa launchpad yang dikelola komunitas yang mengumpulkan dana, membangun, dan mempercepat startup yang memecahkan masalah sosial dan lingkungan. Nantinya token CLAP akan digunakan dalam ekosistem Cardashift tersebut. 

Baca Juga: Kominfo akan Awasi Kegiatan Transaksi Non-Fungible Token (NFT) di Indonesia

Selain itu, terdapat juga Duckie Land yang hendak melakukan IDO. Adapun, Duckie Land merupakan platform permainan online yang menghasilkan Duckie dalam bentuk Non Fungible Token (NFT).

Nantinya, setiap user yang bermain game ini, akan mendapatkan imbalan berupa aset kripto MMETA maupun item dalam sistem game yang tertokenisasi dalam jaringan blockchain sehingga bisa menghasilkan revenue bagi pemiliknya. 

Terkait prospek dari ICO, IDO, maupun IEO, investor dan trader aset kripto Afid Sugiono meyakini bahwa proses tersebut memiliki prospek yang menarik karena bisa menghasilkan keuntungan dalam jangka waktu singkat. 

Ia mengisahkan, terakhir kali ikut dalam proses ICO salah satu proyek NFT marketplace, dirinya berhasil untung besar. Bermodalkan US$ 1.252 pada proses ICO tersebut, ketika launching dua bulan kemudian, dananya mengalami menjadi hampir US$ 200.000.

“Sebagai investor awal dalam proyek tersebut, kita akan mendapatkan harga yang jauh lebih murah daripada harga saat keluar (launching). Tetapi ikut ICO bukan tanpa risiko, karena tidak semua proyek yang ingin launching aset kriptonya itu legit,” jelas Afid kepada Kontan.co.id, Sabtu (15/1). 

Ia menjelaskan, tidak jarang proses ICO sebenarnya hanya proyek yang memang dibuat untuk melakukan scam. Oleh karena itu, ia menyarankan para investor yang ingin mencoba untuk melakukan beberapa analisa pada proyek tersebut. 

Pertama, melakukan analisa kontrak. Harus dipastikan kontrak yang terdapat pada proyek tersebut sudah diaudit oleh perusahaan audit seperti CertiK, Hacken, dsb. Selain itu, kontrak juga harus terverifikasi di mana bisa dilihat dari blockchain explorer proyek tersebut serta bukan hasil menduplikat dari kontrak sejenis. Tak hanya itu, token juga harus honeypot karena jika tidak, maka user hanya bisa membeli tapi tidak bisa menjualnya. 

Kedua, lakukan analisa hodler atau siapa saja yang ikut menanam dana di proyek tersebut. Afid merekomendasikan, wallet developer sebaiknya berisi kurang dari 5%. Hal ini mengindikasikan distribusi token sehat dan mengurangi risiko terjadinya dump sewaktu-waktu karena sebagian besar token di pegang oleh developer.

Baca Juga: 2 Kripto Murah yang Harganya Bisa Melambung di 2022, Tertarik?

Ketiga, investor melakukan analisa likuiditas. Menurut Afid, idealnya sebanyak 65% token terkunci untuk likuiditas karena jika likuiditas tidak cukup, memungkinkan proyek rug-pull alias proyek terbengkalai dan dana dibawa kabur developer. Untuk mengetahuinya, bisa melakukan pengecekan pada platform poocoin.com (BSC),pinksale (BSC) dxtools.io (ethereum).

Keempat, analisa website dan media sosial token tersebut. Sebuah proyek umumnya memiliki komunitas online, umumnya berada di telegram. Afid bilang, investor harus rajin memeriksa apakah grup tersebut aktif berkomunikasi dan berdiskusi atau hanya diisi bot. Jika komunitas pasif dan tidak kuat, sebaiknya berhati-hati. 

Kelima, analisa team pengembangnya. Mulai dari siapa pengembang proyek tersebut, bagaimana background-nya, serta hindari pengembang yang anonim. Terakhir, proyek harus sudah terlegitimasi dengan terdaftar di Coinmarketcap atau Coingecko.

“Setelah melakukan analisa pada koin yang hendak ICO tersebut, pastikan juga gunakan dana yang dingin. Sebaiknya, dana yang dialokasikan juga tidak terlalu besar atau jangan 100% dari dana yang dimiliki,” tutup Afid.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×