Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasca kinerja keuangan selama setahun penuh sudah dipublikasikan, kini mata investor tentu bakal tertuju pada rencana pembagian dividen perbankan. Sebab, perbankan menjadi salah satu sektor yang paling rajin membagi dividen.
Beberapa bank besar atau bigbanks pun telah mengisyaratkan bakal membagikan dividen. Bahkan, ada yang berencana meningkatkan rasio dividennya.
Misalnya, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang memiliki rencana untuk menaikkan rasio dividennya berdasarkan tahun buku 2024. Di mana, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar bilang rasio dividen ditargetkan bisa naik jadi 60%.
Adapun, BBNI telah membukukan laba bersih sepanjang 2024 senilai Rp 21,5 triliun. Artinya, nilai maksimal dividen BNI yang bisa dibagikan mencapai Rp 12,9 triliun.
Secara historis, dividen BBNI memang konsisten mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Untuk tahun buku 2023, BNI telah membagikan dividen senilai Rp 10,45 triliun dan di tahun sebelumnya lagi membagikan dividen senilai Rp 7,32 triliun.
Baca Juga: Siap-Siap Berburu Dividen Bank Big Caps, Mana Yang Paling Besar?
Sementara itu, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) meskipun tak gamblang, Direktur Utama BMRI Darmawan Junaidi bakal mempertahankan rasio dividennya di kisaran 60%. Di mana, dalam lima tahun terakhir, rata-rata rasio dividen bank berlogo pita emas ini juga segitu.
Misal tahun buku 2021, rasio dividennya 60,11%, selanjutnya di tahun buku 2022, rasionya agak turun jadi 60,02%. Sementara, untuk tahun buku 2023, rasio dividen yang dibagikan oleh BMRI menjadi 59,99%.
Sepanjang 2024, Bank Mandiri telah membukukan laba bersih senilai Rp 55,78 triliun. Dengan begitu, proyeksi dividen yang bakal dibagikan Bank Mandiri sekitar Rp 33,46 triliun.
Selanjutnya, ada PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang telah membagikan dividen interim pada akhir tahun lalu Rp 6,16 triliun. Nilai tersebut setara dengan dividen Rp 50 per saham.
Presiden Direktur BBCA Jahja Setiaatmadja pun pernah bilang belum lama ini bahwa pada dasarnya BCA selalu berupaya untuk meningkatkan jumlah pembagian dividen setiap tahun
Namun, ia tak menjanjikan apakah rasio dividen tahun ini bakal sama. Jika melihat historis tahun lalu, rasio dividen BBCA sekitar 68,5%..
Dengan demikian, jikalau rasio dividen tersebut bakal sama, maka dividen final BCA tahun ini bisa mencapai Rp 37,2 triliun. Ini menghitung dari laba mereka di 2024 yang senilai Rp 54,8 triliun.
Terakhir, ada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang saat ini belum melaporkan kinerja keuangan mereka. Namun, BBRI menjadi salah satu bank dengan rasio dividen terbesar mencapai 80%.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan mengungkapkan jika hanya melihat dari sisi dividen yield, BBRI menjadi pilihan utama karena memiliki payout ratio yang lebih tinggi. Terlebih, harga saham BBRI saat ini sedang terkoreksi.
“Dengan harga saham yang masih terkoreksi, potensi yield bisa mencapai sekitar 10%,” ujar Ekky.
Menurutnya, hal tersebut menjadikannya menarik bagi investor dividen hunter. Terkhusus, bagi investor yang mencari passive income stabil dari saham perbankan.
Namun, ia mengingatkan bahwa saat ini pasar masih berada dalam fase volatilitas tinggi. Alhasil, strategi terbaik adalah akumulasi bertahap untuk mengantisipasi kemungkinan pergerakan harga lebih lanjut.
CEO Edvisor Praska Putrantyo mengungkapkan untuk saham bigbanks yang dapat dipantau saati ini adalah bank-bank BUMN. Bukan tanpa alasan, rata-rata dividen yield yang diberikan pun tergolong besar.
Ia mencontohkan rata-rata dividend yield secara 2 tahun per penutupan harga 5 Februari 2025 mencatat Bank Mandiri tercatat yang paling besar yaitu mencapai 7,5%. Diikuti BRI dengan dividen yield sekitar 6,59% dan BNI yang memberikan dividen yield sekitar 5,98%.
Baca Juga: Begini Prospek Saham Bank Besar yang Cetak Kinerja Meleset dari Ekspektasi
“Melihat juga analisis dari valuasi yang masih dibilang relatif murah seperti PER per 5 Februari 2025 BRI 10,34x, Bank Mandiri 9,11x dan BNI 7,64x dengan fundamental yang masih kuat,” ujar Praska.
Ia juga merekomendasikan bahwa sekarang merupakan waktu yang tepat untuk mengoleksi saham-saham tersebut. Bukan tanpa alasan, harga-harga saham bank ini sedang berada di bawah atau koreksi sehingga dapat mendapatkan dividend besar juga.
“Saham-saham big banks masih memiliki potensi naik lagi karena fundamental yang masih kuat didukung juga dengan sentimen domestik yaitu outlook suku bunga acuan yang akan turun di 2025,” tambahnya.
Selanjutnya: BSI Berhasil Menyalurkan Pembiayaan Sebesar Rp 278,48 Triliun pada 2024
Menarik Dibaca: Katalog Promo JSM Alfamidi Hanya 4 Hari Periode 6-9 Februari 2025, Ada Alpukat-Nugget
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News