kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.621.000   -3.000   -0,18%
  • USD/IDR 16.439   -134,00   -0,82%
  • IDX 7.030   -79,14   -1,11%
  • KOMPAS100 1.029   -15,21   -1,46%
  • LQ45 811   -12,07   -1,47%
  • ISSI 210   -1,76   -0,83%
  • IDX30 421   -5,12   -1,20%
  • IDXHIDIV20 507   -5,69   -1,11%
  • IDX80 117   -2,09   -1,76%
  • IDXV30 121   -1,30   -1,06%
  • IDXQ30 139   -1,68   -1,20%

Mata Uang Asia Tak Berdaya Menahan Laju Dolar AS, Prospek Tetap Suram


Senin, 30 Desember 2024 / 18:45 WIB
Mata Uang Asia Tak Berdaya Menahan Laju Dolar AS, Prospek Tetap Suram
ILUSTRASI. Prospek dari sejumlah mata uang di kawasan Asia yang masih bertekuk lutut di hadapan dolar AS


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Mata uang Asia tak berdaya menahan laju penguatan dolar Amerika Serikat (AS). Tidak ada celah bagi mata uang Asia berpeluang menguat terhadap dolar AS, menyusul sikap hawkish dari Federal Reserve (The Fed).

Di Asia, Won Korea Selatan melemah ke 1.472,5 per dolar AS, dan mencapai level terendah dalam 16 tahun. Sejalan, yuan China terpantau mendekati level terendah dalam 13 bulan di posisi 7,2994 per dolar AS.

Rupee India juga masih terbenam di level terendah sepanjang masa pada level kisaran 85,5338 per dolar AS dan tercatat koreksi 2,5% di sepanjang tahun 2024. Sedangkan, rupiah Indonesia berada di kisaran Rp 16.200 per dolar AS, dan mendekati level paling lemah sejak Covid 2020.

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, dolar AS yang lebih kuat diperkirakan akan terus menekan mata uang Asia di awal 2025.

Sikap The Fed yang kurang dovish akan menahan suku bunga tinggi lebih lama, ditambah prospek kebijakan Donald Trump dapat mendukung pertumbuhan dan kembali memanasnya inflasi.

Baca Juga: Rupiah Ditutup Menguat ke Rp 16.143 Per Dolar AS Hari Ini (30/12), Terkuat di Asia

‘’Penguatan dolar AS didukung oleh ekspektasi bahwa kebijakan Presiden terpilih Donald Trump, termasuk peraturan yang lebih longgar, pemotongan pajak, kenaikan tarif, dan imigrasi yang lebih ketat, akan pro-pertumbuhan dan inflasi dan menjaga imbal hasil US Treasury tetap tinggi,’’ jelas Sutopo kepada Kontan.co.id, Senin (30/12).

Di lain sisi, ketidakstabilan ekonomi, sosial dan politik Asia dapat memicu arus keluar dan memperlambat pertumbuhan ekonomi Asia. Ketidakpastian kawasan Asia juga akan menghambat investasi Asing, yang pada akhirnya mengganggu stabilitas nilai tukar.

Sutopo menyebutkan, ketidakstabilan politik Korea telah menyebabkan kurangnya kepercayaan di kalangan investor, yang menyebabkan depresiasi mata uang won Korea (KRW). Teranyar, Perdana Menteri sekaligus Presiden sementara Han Duck-soo telah dimakzulkan pada Jumat (27/12).

Sementara itu, pemberlakuan tarif dan hambatan perdagangan oleh AS-China telah memicu kekhawatiran ketidakpastian ekonomi. Sentimen ekonomi dari negeri tirai bambu tersebut telah berdampak negatif pada yuan (CNY).

China bahkan kemungkinan membiarkan Yuan mengalami devaluasi, sehingga ekspornya menjadi lebih murah dan lebih kompetitif di pasar global. Kekhawatiran arus keluar modal dari China juga dapat memberikan tekanan Yuan.

Untuk prospek yen Jepang (JPY) sendiri juga masih menjadi pertanyaan. Hal itu karena Bank of Japan (BOJ) belum bisa dipastikan akan mengerek suku bunga acuannya atau tidak.

Baca Juga: Mata Uang Vietnam Jatuh ke Rekor Terendah

Dari beberapa komentar yang ambigu dari pejabat BoJ, kemungkinan menaikkan suku bunga untuk Januari masih belum pasti. Sehingga Yen diperkirakan masih akan tetap melemah, meskipun potensi intervensi dapat terjadi.

Rupiah sebagai salah satu mata uang asia juga diproyeksi tertekan. Tanpa masalah internal pun, rupiah tetap melemah dan tertekan oleh dolar AS, apalagi ditambah isu PPN 12% yang berefek negatif pada potensi perlambatan ekonomi.

‘’Beban semakin berat jika PPN 12% diberlakukan, karena dapat membebani pertumbuhan ekonomi Indonesia,’’ tutur Sutopo.

Sutopo melihat, prospek Rupiah terhadap dolar AS pada awal tahun 2025 menunjukkan tekanan dan potensi depresiasi yang berkelanjutan. Pemerintahan baru hingga sejauh ini masih terlihat kurang kompak untuk bisa menahan pengaruh kekuatan Dolar Amerika.

‘’Kekuatan dolar AS kemungkinan akan terus menekan Rupiah,’’ tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×