Reporter: Nathania Pessak | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Mayoritas uang Asia mengalami pelemahan imbas pembalikan arah mata uang dollar Amerika Serikat (AS) setelah tergerus sepekan. Meskipun begitu, analis menilai saat ini dollar AS masih diwarnai sentimen negatif.
Mengutip Bloomberg, Rabu (19/7), di antara 11 mata uang Asia, hanya yen Jepang, won Korea, dan rupee India yang berhasil mendulang penguatan di hadapan USD sebesar 0,04%, 0,23%, dan 0,01%. Sementara, mata uang lainnya seperti rupiah Indonesia melemah 0,09%, yuan China merosot 0,12%, ringgit Malaysia turun 0,07%, dollar Singapore dan baht Thailand sama-sama menukik 0,15%.
Research & Analyst Asia Tradepoint Futures Andri Hardianto menyebutkan, pelemahan ini disebabkan oleh aksi tunggu pelaku pasar atas hasil dari pertemuan dua bank sentral, yakni ECB dan BOJ dan juga aksi pembelian terhadap dollar AS. "Hari ini nampaknya pelaku pasar mencoba berburu dollar AS lagi setelah kemarin dollar AS melemah cukup tajam," papar Andri.
Penurunan kurs mata uang Asia ini juga dirasa Andri wajar. Secara umum, Andri memprediksi nilai tukar dollar AS masih berada di area negatif. Ia merasa penguatan dollar hanya bersifat sementara. Dia melihat, ada kondisi-kondisi yang dapat membuat dollar AS bergejolak kembali seperti faktor politik AS dan pesimistis pelaku pasar terhadap kebijakan Donald Trump. "Juga, sepertinya masalah undang-undang kesehatan yang sepertinya alot dan kemungkinan besar tidak lolos," tambahnya.
Kendati demikian, Andri juga mengatakan, untuk emerging market memang dari awal tahun proyeksi pertumbuhannya cukup menarik baik dari sisi ekonomi dan harga komoditasnya yang stabil. Terutama Malaysia, Indonesia, dan Thailand dengan komoditas karet, CPO, dan batubara. Hal ini membuat pelaku pasar tertarik untuk mengkoleksi mata uang negara-negara tersebut.
Andri juga memprediksi, masih banyak katalis negatif yang bisa melemahkan kurs dollar AS seperti data izin bangunan baru dan klaim pengangguran yang akan rilis pekan ini. Alhasil, mata uang Asia berpeluang untuk kembali menguat. "Menurut saya, dollar AS masih belum bisa beranjak dari tekanan," tandasnya.
Namun, Andri memprediksi yen Jepang akan terus melemah. Menurut dia, pelemahan nilai tukar yen merupakan imbas dari keraguan pasar akan hasil rapat BOJ. Pun dengan inflasi ekonomi Jepang yang belum mencapai 2%. Selain itu, sisi penjualan ritel dibanding sisi konsumsi masyarakatnya tidak tumbuh.
Untuk itu, Andri meramalkan, USD/IDR akan stabil di rentang Rp 13.285 - Rp 13.335, USD/MYR akan menguat tipis di kisaran 4,2800 - 4,2880. Sedang pelemahan akan diderita oleh pasangan USD/JPY di level 112,310 - 111,785 dan pasangan USD/THB di 33,540 - 33,700. Kemudian USD/SGD akan bertengger di level 1,3700-1,3600 dan USD/CNY di 6,7400 - 6,7690.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News