kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.325.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mata uang Asia tengah naik daun


Rabu, 19 Juli 2017 / 20:24 WIB
Mata uang Asia tengah naik daun


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Wahyu T.Rahmawati

JAKARTA. Mayoritas mata uang Asia menguat di hadapan USD sepanjang bulan Juli 2017. Penguatan paling tinggi adalah won Korea terhadap dollar Amerika Serikat (AS) sebanyak 2,29% dan diikuti yen Jepang di 1,09%.

Mengutip Bloomberg dengan membandingkan harga Rabu (19/7) dengan Senin (3/7), di antara 11 mata uang Asia, hanya peso Filipina yang melemah 0,55% terhadap USD. Sedangkan mata uang lain menguat seperti rupiah yang menguat 0,40%, won melambung 2,29%, baht Thailand menguat 1,08% dan dollar Singapura 0,99%.

Sekadar informasi, mata uang dari emerging market Asia yang lain juga menikmati pertumbuhan positif. Misalnya saja rupee India naik 0,84%, yen China 0,62%, ringgit Malaysia tumbuh 0,32%, dollar Taiwan naik 0,11%, dan dollar Hongkong naik tipis 0,04%.

Beberapa pasangan kurs yang naik cukup tinggi adalah USD/IDR 13.316, USD/KRW 1.120,7, USD/JPY 112,15, dan USD/SGD 1,3689.

Analis SoeGee Futures Nizar Hilmi mengatakan, kawasan ekonomi Asia sedang membaik lantaran pemulihan ekonomi global yang dibarengi peningkatan nilai investasi. Tak hanya itu, banyak pemerintahan yang ikut menggelar reformasi kebijakan. "Salah satunya adalah reformasi sektoral Indonesia yang menjalankan penurunan kebijakan fiskal dan mencermati kebijakan moneter," jelas Nizar saat dihubungi KONTAN, Rabu (19/7).

Tak hanya itu, Nizar melihat reformasi kebijakan Indonesia menjadikannya salah satu best performing currency di tahun 2016. Sebagai informasi, nilai tukar rupiah menguat 2,3% terhadap dollar AS tahun lalu. Ini adalah penguatan pertama rupiah secara tahunan dalam enam tahun terakhir.

Namun secara umum, Nizar menyatakan mata uang Asia memang dalam posisi terbaik. Salah satunya disebabkan oleh aliran dana yang masuk ke Asia hingga 80%. "Capital inflow ke emerging market US$ 17,8 miliar selama Juni, sekitar US$ 15,8 miliar ke emerging market Asia," kata Nizar mengutip laporan Institute for International Finance.

Sedangkan untuk negara top gainer kurs, yakni Korea Selatan, Nizar memperhatikan, presiden terpilih baru Moon Jae-In memiliki rencana kebijakan fiskal yang baik. Selain itu, kebijakannya untuk memperbaiki kesenjangan nasional menunjukkan sinergi ekonomi yang terus dijaga. "Keunggulan Korea Selatan lain adalah di sektor teknologi, mereka mendapat manfaat dari menyediakan teknologi global," kata Nizar sembari mencontohkan performa Samsung yang terus menaik.

Nizar melanjutkan, bahkan berdasarkan survei yang dilakukan Reuters pun, Asia dinyatakan dapat mempertahankan mata uangnya hingga 12 bulan ke depan. Tak hanya itu, performa indeks saham yang bagus ikut berimbas baik pada nilai mata uang. Indeks KOSPI misalnya yang mencetak rekor dan mata uang negeri ginseng ikut naik.

Sebagai gambaran, performa indeks saham negara-negara Asia berada di zona hijau sejak awal tahun. Indeks Hang Seng di Hong Kong dengan presentase tertinggi di 21,23%, diikuti oleh S&P Sensex 19,95% dan KOSPI Korea Selatan di 19,91%. Indonesia berada di posisi keempat dengan pertumbuhan 9,63%.

Kekecewaan pada AS

Kenaikan kurs mata uang Asia juga dipengaruhi oleh kinerja AS. Kejatuhan nilai tukar dollar AS akibat muncul ketidakpastian arah fiskal dan moneter pemerintahan Donald Trump menyebabkan keraguan yang tercermin di performa dollar AS akhir-akhir ini. "Pemerintahan Trump tidak mampu menunjukkan arah yang baik. RUU kesehatan saja tersandung, bagaimana dengan pajaknya?" kata Nizar.

Memang baru-baru ini kebijakan kesehatan yang diajukan oleh Trump menerima penolakan mentah dari parlemen. Hal ini semakin memukul performa negeri Paman Sam yang meluncurkan data fiskal yang buruk, dan prospek kenaikan suku bunga The Fed yang disinyalir bakal berkurang. "Pasar ragu apakah ada kenaikan ketiga kali tahun ini?" kata Nizar.

Banyak lagi faktor yang menyebabkan kekecawaan pada pasar AS. Nizar menjelaskan, pasar AS pun terlihat adanya kekecewaan atas tertundanya reformasi fiskal, stimulus pajak yang dicanangkan Trump, dan ketidakpastian arah kebijakan moneter The Fed.

Nizar memprediksi hingga akhir tahun, mata uang Asia akan terus naik dengan detail sebagai berikut: CNY 7.00, KRW 1150, THB 34.50, SGD 1.38, IDR 13000, JPY 114, INR 69.0, TWD 32.50, HKD 7.76, MYR 4.40dan PHP 51.50.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×