Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah ditutup menguat pada akhir pekan lalu, Jumat (3/1). Rupiah spot menguat tipis 0,01% ke US$ 16.197 per dolar Amerika Serikat (AS) dan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) menguat 0,12% ke Rp 16.217 per dolar AS.
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong mengatakan, penguatan rupiah didorong tingginya minat investor dalam lelang SRBI. Selain itu, indeks dolar AS juga terpantau terkoreksi dari level tertinggi dalam 2 tahun.
Untuk Senin (6/1), rupiah dinilai berpotensi menguat terbatas akibat koreksi dolar AS. Namun, secara umum rupiah masih akan tertekan dari dolar AS.
Baca Juga: Rupiah Jisdor Menguat 0,12% ke Rp 16.217 Per Dolar AS pada Jumat (3/1)
"Rupiah masih dalam tekanan dari dolar AS yang didukung prospek pemangkasan suku bunga the Fed yang lebih kecil dan kekhawatiran kebijakan proteksionisme Trump," jelasnya kepada Kontan.co.id, Minggu (5/1).
Dari data ekonomi, investor menantikan data cadangan devisa Indonesia, indeks kepercayaan konsumen dan data penjualan ritel. Dari AS, pasar menantikan risalah pertemuan FOMC dan data tenaga kerja Non-Farm Payroll AS.
Baca Juga: IHSG Rawan Terkoreksi, Berikut Rekomendasi Saham untuk Perdagangan Senin (6/1)
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai menurunnya probabilitas pemangkasan suku bunga berpotensi menekan rupiah pada Senin (6/1). Apalagi, Trump diperkirakan akan memberikan sanksi kepada negara-negara anggota BRICS yang tidak menggunakan dolar AS sebagai alat pembayaran dalam perdagangan internasional.
"Kemungkinan ini akan membuat indeks dolar yang akan kembali ke 109, atau level tertinggi di Januari," sebutnya.
Dus, Ibrahim memperkirakan rupiah berada direntang Rp 16.180 - Rp 16.250 per dolar AS. Sementara Lukman dikisaran Rp Rp 16.150 - Rp 16.250 per dolar AS.
Selanjutnya: Mau Buat SIM Internasional? Simak Syarat dan Cara Membuat SIM Internasional
Menarik Dibaca: Kejatuhan Pasar Global Terjadi, Robert Kiyosaki Minta Pegang 3 Aset Investasi Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News