kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Masih Bergerak di Kisaran Paling Lemah Sejak Oktober 2020, Begini Prediksi Rupiah


Selasa, 17 Mei 2022 / 22:29 WIB
Masih Bergerak di Kisaran Paling Lemah Sejak Oktober 2020, Begini Prediksi Rupiah


Reporter: Aris Nurjani | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah masih bergerak di sekitar level paling lemah dalam lebih dari 1,5 tahun terakhir terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah kenaikan suku bunga dan inflasi. Melansir Bloomberg, kurs rupiah di pasar spot menguat 0,35% di level Rp 14.645 per dolar AS pada Selasa (17/5).

Senin (16/5), kurs rupiah di pasar spot melemah ke Rp 14.697 per dolar AS yang merupakan level paling lemah rupiah sejak 20 Oktober 2020. Sementara posisi terkuat rupiah sejak periode tersebut adalah Rp 13.895 per dolar AS pada awal tahun 2021.

Analis Monex Investindo Futures Andian Wijaya mengatakan, pelemahan yang terjadi akibat kenaikan suku bunga Fed Funds Rate (FFR) di awal bulan Mei dan prospek kenaikan suku bunga The Fed selanjutnya. 

Baca Juga: Wall Street Menguat Disokong Penjualan Ritel AS & Potensi Pelonggaran Lockdown China

"Sementara imbas pelemahan rupiah hari ini lebih cenderung disebabkan oleh penguatan dolar di akhir pekan sekembalinya libur akhir pekan panjang di Indonesia," ujar Andian kepada Kontan.co.id, Selasa (17/5). 

Andian mengatakan isu yang beredar, di pekan depan BI akan menyepakati kenaikan suku bunga acuan untuk mengimbangi menguatnya dolar AS. 

Langkah ini cukup umum untuk menekan sentimen penguatan dolar AS. Tetapi tingkat suku bunga yang terlalu tinggi dikhawatirkan dapat menghambat perputaran roda ekonomi.

Baca Juga: Rupiah Diperkirakan Menguat Pada Perdagangan Rabu (18/5)

Menurut Andian jika pelemahan rupiah berlangsung lama akan menyebabkan daya beli negara terhadap produk luar negeri berkurang. Pelemahan kurs rupiah juga berpotensi menurunkan kemampuan negara dan swasta untuk membayar utang luar negeri, sehingga dapat menyebabkan guncangan ekonomi.

Sementara sentimen yang masih akan mempengaruhi penguatan rupiah berasal dari kebijakan moneter yang membantu ekonomi dan dana asing yang masuk. Sedangkan sentimen negatif berasal dari kenaikan suku bunga AS di awal bulan ini dan potensi kenaikan di bulan Juni.

Baca Juga: Kurs Rupiah Masih Berada di Kisaran Paling Lemah Dalam 19 Bulan Terakhir

Andian mengatakan, level Rp 14.700 per dolar AS-Rp 14.800 per dolar AS masih akan menjadi resistance untuk rupiah. Tapi jika kenaikan suku bunga AS masih berlanjut hingga tahun depan, rupiah berpotensi makin tertekan ke level Rp 20.000 per dolar AS di akhir tahun.

Andian menyarankan untuk investor sementara dapat berinvestasi pada aset-aset aman seperti dolar AS dan surat utang negara (SUN) dengan ekspektasi BI rate akan ikut naik untuk mengimbangi kenakan suku bunga agresif dari The Fed.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×