kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kurs Rupiah Masih Berada di Kisaran Paling Lemah Dalam 19 Bulan Terakhir


Selasa, 17 Mei 2022 / 18:30 WIB
Kurs Rupiah Masih Berada di Kisaran Paling Lemah Dalam 19 Bulan Terakhir
ILUSTRASI. Kurs rupiah di pasar spot menguat 0,35% di level Rp 14.645 per dolar AS pada Selasa (17/5).


Reporter: Aris Nurjani | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah masih bergerak di sekitar level paling lemah dalam lebih dari 1,5 terakhir terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah kenaikan suku bunga dan inflasi. Melansir Bloomberg, kurs rupiah di pasar spot menguat 0,35% di level Rp 14.645 per dolar AS pada Selasa (17/5).

Senin (16/5), kurs rupiah di pasar spot melemah ke Rp 14.697 per dolar AS yang merupakan level paling lemah rupiah sejak 20 Oktober 2020 atau dalam 19 bulan terakhir.

Bank sentral AS Federal Reserve mulai menaikkan suku bunga Fed Funds Rate (FFR) pada Maret lalu sebesar 25 basis poin menjadi 0,25-0,5%. Bulan ini The Fed lebih agresif lagi dengan menaikkan FFR sebesar 50 basis poin menjadi 0,75-1%. Kenaikan ini menjadi yang terbesar dalam 22 tahun terakhir.

Baca Juga: IHSG Naik Setelah Melemah 5 Hari, Asing Mencatat Net Buy

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, rupiah telah menyentuh level tertinggi di sesi Asia pada hari ini meskipun surplus perdagangan Indonesia melebar tajam ke level tertinggi sepanjang masa. 

"Surplus sebesar US$ 7,56 miliar dolar pada April 2022 dari US$ 2,29 miliar pada bulan yang sama tahun sebelumnya dan jauh di atas konsensus pasar sebesar US$ 3,25 miliar, di tengah melonjaknya harga komoditas," kata Sutopo kepada Kontan.co.id, Selasa, (17/5). 

Sutopo menambahkan ekspor melonjak 47,76% dibandingkan tahun sebelumnya ke rekor tertinggi baru sebesar US$ 27,32 miliar, laju tercepat dalam lima bulan. Kenaikan ekspor didukung oleh produk non-migas sebesar 47,70% dan produk minyak dan gas sebanyak 48,92%.

Sementara impor naik lebih rendah 21,97% menjadi US$ 19,76 miliar. Ini adalah kenaikan paling tipis sejak Februari 2021. Impor nonmigas naik 12,47% dan impor minyak dan gas melonjak 88,48%. 

Baca Juga: Rupiah Jisdor Melemah 0,22% ke Rp 14.651 Per Dolar AS Pada Perdagangan Selasa (17/5)

Sutopo mengatakan pasangan USD/IDR melanjutkan kenaikan beruntun empat hari dan diperkirakan akan terus naik lebih tinggi di tengah penguatan yang lebih luas dalam indeks dolar. 

"Namun, kinerja yang lesu telah ditunjukkan oleh indeks dolar pada hari Selasa di tengah tidak tersedianya peristiwa ekonomi utama pada minggu ini," ucap Sutopo.

Masih ada peluang kenaikan suku bunga jumbo oleh Federal Reserve (Fed) pada bulan Juni. Angka nonfarm payrolls dan Indeks Harga Konsumen (CPI) AS yang tinggi memaksa The Fed untuk mengerek suku bunga 50 basis poin (bps) berturut-turut setelah mengumumkan pada minggu pertama bulan Mei.

Baca Juga: Rupiah Spot Menguat 0,35% ke Rp 14.645 Per Dolar AS Pada Perdagangan Selasa (17/5)

Menurut Sutopo pelemahan tidak hanya terjadi pada mata uang rupiah. Dolar AS menguat terhadap hampir seluruh mata uang negara berkembang. Pasalnya, ada selisih suku bunga yang semakin melebar antara AS dan negara berkembang. 

"Bank Indonesia masih mempertahankan suku bunga pada bulan April di angka 3,5%. Semestinya ada tindakan kebijakan moneter pada 24 Mei mendatang. Karena kenaikan inflasi telah bertahap memanas di Indonesia dan di seluruh dunia," tutur Sutopo. 

Sutopo memperkirakan rupiah akan berada di rentang Rp 14.600 per dolar AS- Rp 14.700 per dolar AS. Jika BI dapat mengimbangi kenaikan suku bunga AS dan kenaikan FFR tidak terlalu agresif, rupiah bisa bergerak dalam kisaran Rp 14.500 per dolar AS di akhir tahun. Tapi jika BI tidak dapat mengimbangi kenaikan suku bunga, rupiah berpotensi menuju Rp 15.000 per dolar AS. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×