kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Martin Panggabean: Covid-19 akan ubah struktur industri dunia


Senin, 13 April 2020 / 06:10 WIB
Martin Panggabean: Covid-19 akan ubah struktur industri dunia
ILUSTRASI. Martin Panggabean - ekonom, Dosen Pasca Sarjana Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta.


Reporter: Djumyati Partawidjaja | Editor: Djumyati P.

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Banyak negara masih berjuang melawan wabah Covid 19. Penularan yang begitu cepat membuat berbagai upaya penutupan wilayah terus berlangsung. Sudah tentu semua ini membuat semua kegiatan ekonomi terganggu. Banyak riset mengatakan pertumbuhan ekonomi dunia pun akan menjadi negatif. 

Apa yang akan terjadi dengan perekonomian dunia dengan pertumbuhan negatif? Apa yang akan terjadi di Indonesia? Berikut wawancara khusus KONTAN dengan Martin Panggabean Dosen Program Studi Ekonomi Pasca Sarjana Universitas Katolik Atma Jaya.

Baca Juga: The Fed: Jalan panjang dan sulit mengadang pemulihan ekonomi AS dari dampak corona

Apa yang Anda lihat dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang diprediksi tahun ini akan menjadi negative growth?

Wabah Covid-19 ini akan mengubah struktur produksi dunia. Dan kalau kita sudah berbicara tentang perubahan struktur produksi, termasuk di antaranya lokasi produksi, maka kita tidak bisa berbicara jangka pendek.

Semua akan berubah secara drastis. Misalnya yang paling gampang saya tidak lagi melihat China sebagai pusat manufaktur dunia di mana semua negara barat menaruh semua produksinya di China. 

Tapi mereka sekarang belajar, ada beberapa hal yang mereka harus produksi sendiri, tidak boleh 100% semua ditaruh di China. Karena kalau China seperti ini lagi maka semua negara akan bermasalah lagi kan.

Jadi pertama, kalau dulu mereka offshore sekarang onshore. Kedua  kalau perusahaan ingin diversifikasi aktivitas produksinya, maka sebenarnya kalau mereka tidak ke China, mereka harus melihat negara-negara lain termasuk Indonesia. 

Nah Indonesia harus bisa menyiapkan diri, mau memproduksi apa. Jadi itu sendiri saya belum pernah lihat pemerintah membicarakan hal ini.

Misalnya, untuk manufaktur persisnya apa sih yang mau kita andalkan? Apa kekuatan kita? Produksi-produksi apa yang bisa kita lakukan? Ini pasti akan terjadi, mereka enggak akan terus-terusan di China lagi kok.

Perhitungannya sekarang bukan hanya masalah buruh murah, tapi kelanjutan produksi. Ya contohnya kayak sekarang ini hampir semua produksi bahan baku dasar obat itu ada di China atau India. India pun ternyata tergantung kepada China. 

Sehingga karena waktu kemarin ada masalah dalam produksi obat, ya karena China stop India pun terpaksa stop. Itu semua terjadi karena produksi bertumpu kepada biaya paling murah tetapi ini pelajaran penting.

Baca Juga: Corona di Italia, angka kematian harian capai level terendah sejak 19 Maret

Tapi mengubah sentra produksi tidak semudah membalik telapak tangan. Sehingga supply chain itu akan berubah polanya. Pola perkapalan juga akan berubah. Pola dan lokasi manufaktur juga berubah. Bukan hanya itu harga juga akan berubah. 

Seperti sekarang mau mencari masker, Amerika harus mengimpor dari China. Walaupun pabriknya Amerika 3M ada di sana kan.

Itu banyak seperti itu dan dengan keadaan seperti ini mereka tersadar. So lowest cost is not always good for every situation.

Sehingga ke depan saya melihat bukan hanya pertumbuhan ekonomi akan melambat, tapi inflasi global juga akan naik. Alasannya karena paradigmanya bukan lagi lowest cost.

Itulah sebabnya pasar finansial juga tidak akan naik gede-gedean sementara ini, terutama di negara-negara maju. Jadi itu paradigma yang berubah.

Dalam kondisi tidak menentu, katanya orang-orang akan mencari safe haven. Tapi dalam kondisi sekarang ini di mana yang bisa dikatakan safe haven?

Kalau kita bicara safe haven itu seakan-akan negara maju kan. Tapi kita lihat kan yang disebut dengan safe haven itu apa sih? Amerika Serikat?

Kan kita lihat Amerika Serikat juga punya masalah besar. Kita lihat Inggris, ternyata Inggris juga punya masalah. Uni Eropa. Uni Eropa juga punya masalah. Jadi ketegangan gara-gara covid ini internal Uni Eropa pun jadi ujian besar apakah Uni Eropa ini akan bertahan atau tidak. 

Inggris pun dalam kondisi seperti ini pertanyaan apakah akan mampu berdiri sendiri di luar Uni Eropa. Ini kan menimbulkan pertanyaan yang sangat besar. 

Jadi safe haven juga tidak semudah yang biasanya kita bicarakan. Safe haven itu harus ada stabilitas ekonomi dan stabilitas politik. Bagaimana kalau Donald Trump masih ada 4 tahun lagi ya. Bagaimana Amerika bisa menjadi safe haven dengan kebijakan-kebijakannya yang kadang tidak bisa diduga.

Lalu akan ke mana larinya dana-dana global?

Flow dana global saat ini mungkin masih akan masuk ke safe haven yang tradisional. Tapi yang ingin saya sampaikan safe haven itu tidak cuma satu, semua punya masalah. Sehingga yang akan terjadi adalah diversifikasi ya.

Tetap ke negara-negara maju, tapi kalau dulu 80% ke Amerika sekarang mungkin sudah bukan 80% ya mungkin angkanya berkurang. Negara lain yang dulu mungkin cuma 5% mungkin bisa naik jadi 10%. 

Baca Juga: Prediksi Kurs Rupiah: Ditopang Pandemic Bond dan Hasil Pertemuan OPEC+

Komposisi safe haven itu kan kita tidak bicara cuma satu ya. Safe haven aset juga orang berpikir emas, tapi kan kita enggak tahu juga kan ke depannya.

Jadi ini yang saya katakan karena behavior orang berubah secara radikal, kita tidak bisa bicara seakan-akan 1-2 kuartal akan selesai. No its not gone happen like that.

Artinya, kemiskinan di dunia ini akan menjadi semakin besar?

Kalau kita bicara masalah kemiskinan di dunia, itu kan tergantung dari kekuatan fiskal di masing-masing negara. Tidak akan sama lo, dampaknya ke masing-masing negara. Negara yang punya saving pemerintah yang besar seperti Singapura, pemerintahnya bisa memberikan subsidi dan dalam waktu yang cukup lama. 

Tapi ada banyak negara yang tidak punya saving terlalu besar. Katakanlah seperti Indonesia misalnya, Indonesia tidak punya saving yang terlalu besar.

Dibandingkan Singapura, Indonesia mempunyai keuntungan karena perekonomiannya tidak terlalu bergantung kepada ekspor. Struktur ini tidak gampang dipetakan.

Tapi apa betul ada negara juga yang bisa recover dengan cepat. China mengklaim bisa recover di semester 2 ini?

Recover itu ke level mana dulu ya. Misalnya sebelum kejadian ini mereka di level 100, sekarang ini mereka di level 20. Kalau mereka ke 30 itu bisa dibilang recover enggak? Ke 40 itu bisa dibilang recover enggak? Tapi ke 100 juga definitely enggak bisa, saya yakin.

The Economist meramalkan pertumbuhan China hanya akan 1% tahun ini?

Ya saya rasa itu masuk akal. Wuhan itu kan hanya satu tempat, mungkin kalau dijumlahkan seluruh China pertumbuhannya  akan jadi 1%. Ini saya rasa cukup masuk akal karena penduduk mereka besar, tapi pertumbuhan sebesar itu akan menjadi disaster untuk mereka.

Baca Juga: PM Inggris Boris Johnson: Petugas medis menyelamatkan hidup saya dari Covid-19

Kalau pun mungkin klaim bisa sampai ke 2%, pertumbuhan ekonomi mereka kan selama ini 6%, turun ke 1% atau 2% kan besar. Tapi kalau mereka kembali ke 6%,  saya rasa tidak akan kembali di tahun ini, tidak juga di tahun depan. Apalagi kalau mengingat yang saya prediksikan di depan, struktur ekonomi akan berubah.

Kalau kita bicara motor pertumbuhan ekonomi dunia kan tidak lepas dari pemimpinnya. Tapi bisa kita lihat pemimpin yang ada sekarang kan tidak ada yang cukup kuat?

Tidak ada yang kuat memang. Kalau kita bicara Amerika dan China enggak gerak, ya semua dunia enggak gerak juga sih. Amerika Serikat, China, Uni Eropa, Jepang enggak gerak, kita gak gerak semuanya.

Apakah misalnya sistem di China tidak memungkinkan?

Tapi dia juga kan harus jualan. Masalahnya pasarnya dari mana? Dia bisa saja terus produksi, tapi kalau enggak ada yang beli kan bagaimana?

Point-nya kan di situ. Sementara yang pasti di depan ini mereka akan bergulat dengan masalah dis-investasi.

Baca Juga: Jokowi putar otak selamatkan nasib karyawan selama wabah corona, ini 5 upayanya

Ada orang yang mengatakan recovery-nya akan seperti huruf V. Kalau dari titik ini saya saya percaya recovery-nya seperti huruf U, tapi U-nya itu panjang banget, sudah mirip L barangkali. Jadi turun ke suatu level, naik tapi ya sedikit.

Kalau kita bicara Indonesia, apakah dengan berbagi stimulusnya cukup?

Tidak usah ngomong cukup atau tidak, duitnya saja enggak ada juga. Saya cuma percaya bahwa pemerintah akan memberikan yang terbaik. Ya terbaiknya itu kalau duitnya terbatas ya kan tidak bisa mengharapkan banyak-banyak juga.

Tapi apakah stimulus-stimulus yang disiapkan pemerintah ini bisa cukup untuk mendongkrak perekonomian kita?

Berbeda mendongkrak ekonomi dan menahan untuk tidak jatuh lebih dalam. Kalau menurut saya sih dengan pemerintah mengakui dari 5% akan turun ke 2 sekian persen itu sudah pengakuan bahwa pokoknya kita maksimalkan upaya supaya tidak jatuh lebih dalam.

Itu saja saya rasa sudah bagus. Ya kalau kayak China dari 6% menjadi 1% kan itu parah. Ya kalau kita dari 5% menjadi 2,5% ya not bad sih sebenarnya. Kita dengan duit yang terbatas masih bisa segitu, menurut saya bagus banget.

Tapi apakah dengan eksekusi dari PSBB ini, sistem distribusi akan menjadi sangat terganggu?

Kalau menurut saya sih enggak juga lah. Kan kita punya, bukan hanya grab dan gojek tapi juga kita punya perusahaan-perusahaan juga distribusi kendaraan tetap jalan juga dan permintaannya juga gede juga. Jadi rasanya ini kita bicara tentang teknis distribusi dan ini bukan sesuatu yang sulit-sulit amat lah.

Dan kita bicara Jakarta kan. Jakarta kan bukan Indonesia. Kalau kita kita bicara ratusan kota dan kabupaten kan mereka enggak ada masalah juga. Ini masalah distribusi saja kan, memang berat tapi ini kan bukan masalah yang super rumit juga.

Baca Juga: Hasil temuan peneliti, ini 3 varian virus corona dan penyebarannya

Sekali lagi Jakarta bukan Indonesia, perekonomian saya kira masih bisa berputar. Memang ada beberapa bisnis yang tutup, seperti misalnya hotel, restaurant, penerbangan, dan transportasi lainnya turun drastis. Tapi itu kan cuma beberapa sektor.

Sektor pertanian yang menyerap tenaga kerja banyak masih berjalan. Sekali lagi jangan hanya melihat manufaktur, manufaktur kan hanya di kota-kota besar. Jadi saya mau bilang ekonomi kita itu lebih gede lo dari Jakarta. Dan pasti akan ada pergeseran pola juga di sini. Kalau di dunia terjadi pergeseran, masa di sini enggak?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×