Reporter: Djumyati Partawidjaja | Editor: Djumyati P.
Perhitungannya sekarang bukan hanya masalah buruh murah, tapi kelanjutan produksi. Ya contohnya kayak sekarang ini hampir semua produksi bahan baku dasar obat itu ada di China atau India. India pun ternyata tergantung kepada China.
Sehingga karena waktu kemarin ada masalah dalam produksi obat, ya karena China stop India pun terpaksa stop. Itu semua terjadi karena produksi bertumpu kepada biaya paling murah tetapi ini pelajaran penting.
Baca Juga: Corona di Italia, angka kematian harian capai level terendah sejak 19 Maret
Tapi mengubah sentra produksi tidak semudah membalik telapak tangan. Sehingga supply chain itu akan berubah polanya. Pola perkapalan juga akan berubah. Pola dan lokasi manufaktur juga berubah. Bukan hanya itu harga juga akan berubah.
Seperti sekarang mau mencari masker, Amerika harus mengimpor dari China. Walaupun pabriknya Amerika 3M ada di sana kan.
Itu banyak seperti itu dan dengan keadaan seperti ini mereka tersadar. So lowest cost is not always good for every situation.
Sehingga ke depan saya melihat bukan hanya pertumbuhan ekonomi akan melambat, tapi inflasi global juga akan naik. Alasannya karena paradigmanya bukan lagi lowest cost.
Itulah sebabnya pasar finansial juga tidak akan naik gede-gedean sementara ini, terutama di negara-negara maju. Jadi itu paradigma yang berubah.
Dalam kondisi tidak menentu, katanya orang-orang akan mencari safe haven. Tapi dalam kondisi sekarang ini di mana yang bisa dikatakan safe haven?
Kalau kita bicara safe haven itu seakan-akan negara maju kan. Tapi kita lihat kan yang disebut dengan safe haven itu apa sih? Amerika Serikat?
Kan kita lihat Amerika Serikat juga punya masalah besar. Kita lihat Inggris, ternyata Inggris juga punya masalah. Uni Eropa. Uni Eropa juga punya masalah. Jadi ketegangan gara-gara covid ini internal Uni Eropa pun jadi ujian besar apakah Uni Eropa ini akan bertahan atau tidak.