Reporter: Djumyati Partawidjaja | Editor: Djumyati P.
Inggris pun dalam kondisi seperti ini pertanyaan apakah akan mampu berdiri sendiri di luar Uni Eropa. Ini kan menimbulkan pertanyaan yang sangat besar.
Jadi safe haven juga tidak semudah yang biasanya kita bicarakan. Safe haven itu harus ada stabilitas ekonomi dan stabilitas politik. Bagaimana kalau Donald Trump masih ada 4 tahun lagi ya. Bagaimana Amerika bisa menjadi safe haven dengan kebijakan-kebijakannya yang kadang tidak bisa diduga.
Lalu akan ke mana larinya dana-dana global?
Flow dana global saat ini mungkin masih akan masuk ke safe haven yang tradisional. Tapi yang ingin saya sampaikan safe haven itu tidak cuma satu, semua punya masalah. Sehingga yang akan terjadi adalah diversifikasi ya.
Tetap ke negara-negara maju, tapi kalau dulu 80% ke Amerika sekarang mungkin sudah bukan 80% ya mungkin angkanya berkurang. Negara lain yang dulu mungkin cuma 5% mungkin bisa naik jadi 10%.
Baca Juga: Prediksi Kurs Rupiah: Ditopang Pandemic Bond dan Hasil Pertemuan OPEC+
Komposisi safe haven itu kan kita tidak bicara cuma satu ya. Safe haven aset juga orang berpikir emas, tapi kan kita enggak tahu juga kan ke depannya.
Jadi ini yang saya katakan karena behavior orang berubah secara radikal, kita tidak bisa bicara seakan-akan 1-2 kuartal akan selesai. No its not gone happen like that.
Artinya, kemiskinan di dunia ini akan menjadi semakin besar?
Kalau kita bicara masalah kemiskinan di dunia, itu kan tergantung dari kekuatan fiskal di masing-masing negara. Tidak akan sama lo, dampaknya ke masing-masing negara. Negara yang punya saving pemerintah yang besar seperti Singapura, pemerintahnya bisa memberikan subsidi dan dalam waktu yang cukup lama.
Tapi ada banyak negara yang tidak punya saving terlalu besar. Katakanlah seperti Indonesia misalnya, Indonesia tidak punya saving yang terlalu besar.
Dibandingkan Singapura, Indonesia mempunyai keuntungan karena perekonomiannya tidak terlalu bergantung kepada ekspor. Struktur ini tidak gampang dipetakan.