kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Market cap HMSP dan GGRM tergerus, cermati penjelasan analis


Minggu, 29 Desember 2019 / 16:51 WIB
Market cap HMSP dan GGRM tergerus, cermati penjelasan analis


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Sejak 2018, kapitalisasi pasar PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) terus tergerus. Bahkan pada kuartal III-2019, GGRM sudah tidak lagi masuk 10 besar emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar.

GGRM digantikan oleh PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA). Nilai kapitalisasi pasar TPIA saat ini menapai Rp 187,7 triliun. Sedangkan HMSP turun ke peringkat ke tujuh, padahal di tahun 2016 dan 2017 HMSP selalu di peringkat pertama.

Baca Juga: Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) terdepak dari 10 emiten berkapitalisasi terbesar

Vice President Samuel Sekuritas Muhammad Alfatih mengatakan, perubahan tersebut bisa disebabkan oleh dua hal yaitu perubahan harga yang drastis atau perubahan jumlah saham yang beredar.

"Saham rokok merosot harganya karena kenaikan cukai hampir dua kali lipat dari biasanya," jelas Alfatih kepada Kontan, Jumat (26/12).

Pemerintah menetapkan tahun depan, cukai hasil tembakau (CHT) atau cukai rokok rata-rata naik 21,55%. Adapun, secara rerata, CHT Sigaret Kretek Mesin (SKM) naik 23,29%, Sigaret Putih Mesin (SPM) naik 29,95% dan Sigaret Kretek Tangan (SKT) atau Sigaret Putih Tangan naik 12,84%. Sedangkan harga jual eceran (HJE) naik 35%.

Baca Juga: Sektor saham ini diprediksi bakal bersinar dan meredup pada tahun depan

Selain itu, kenaikan iuran BPJS hingga 100%, kemungkinan adanya kenaikan tarif listrik dan kenaikan tabung gas 3 kilogram cenderung akan menurunkan daya beli masyarakat.

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony juga mengungkapkan hal yang sama. Menurutnya, kenaikan cukai rokok tahun depan menyebabkan harga saham GGRM turun sehingga menggerus nilai kapitalisasinya.

"Sedangkan market cap TPIA naik disebabkan isu merger anak usahanya," ujar Chris.

Baca Juga: Proyeksi analis terhadap pergerakan IHSG pada akhir 2019

Beberapa waktu lalu, TPIA telah meresmikan pengoperasian pabrik baru polyethylene senilai US$ 380 juta atau setara Rp 5,3 triliun.

Selain itu, TPIA juga dikabarkan berencana membangun kompleks pabrik baru dengan nilai investasi US$ 5 miliar atau sekitar Rp 70 triliun.

Untuk pembangunan tersebut, TPIA tengah mencari investor strategis untuk masuk ke Chandra Asri Perkasa yang merupakan anak usaha TPIA.

Baca Juga: Kinerja IHSG sepanjang tahun ini kurang memuaskan, bagaimana tahun depan?

Lebih lanjut, soal pilihan saham, Chris menyarankan investor untuk memilih perusahaan yang terus mencetak kenaikan pendapatan.

"Perusahaan yang mengalami pertumbuhan market tetapi tidak diiringi performa kinerja yang baik, ada kemungkinan dapat kembali keluar dari top 10," jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×