kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) terdepak dari 10 emiten berkapitalisasi terbesar


Minggu, 29 Desember 2019 / 14:59 WIB
Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) terdepak dari 10 emiten berkapitalisasi terbesar
ILUSTRASI. Karyawan berjalan di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (13/12/2019). Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) terdepak dari 10 emiten berkapitalisasi terbesar di BEI.


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada penutupan perdagangan sesi I, Jumat (26/12), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) masih menempati peringkat satu nilai kapitalisasi pasar terbesar yaitu mencapai Rp 823,48 triliun.

BBCA sendiri tercatat terus menjadi emiten dengan nilai kapitalisasi terbesar sejak tahun lalu.

Baca Juga: Makin tergeser, HMSP masih masuk daftar 10 emiten dengan market cap terbesar

Sementara, pada periode yang sama, saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) terdepak digantikan oleh PT Barito Pacific Tbk (BRPT). Adapun nilai kapitalisasi BRPT tercatat mencapai Rp 133,97 triliun. Sedangkan nilai kapitalisasi ICBP tercatat Rp 131,49  triliun.

"Salah satu alasannya karena valuasi ICBP yang sudah tinggi dan profit taking sehingga tekanan jual tinggi, harga pun turun," jelas analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas kepada Kontan, Jumat (26/12).

Pekan lalu, harga ICBP ditutup di level Rp 11.175 atau melemah 0,89%. Adapun, price earning ratio (PER) ICBP tercatat 25,17 kali dan price book value ratio (PBVR) mencapai 5,44 kali.

Baca Juga: Kinerja IHSG sepanjang tahun ini kurang memuaskan, bagaimana tahun depan?

Selain ICBP, sejatinya ada saham lain yang juga ikut terdepak bila dilihat sejak kuartal III-2019. Saham tersebut adalah PT Gudang Garam Tbk (GGRM), yang digantikan oleh PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA). Nilai kapitalisasi pasar TPIA saat ini menapai Rp 187,7 triliun.

Sukarno menjelaskan, terdepaknya GGRM juga disebabkan oleh adanya aksi profit taking lantaran harga saham rokok tersebut sudah tergolong mahal.




TERBARU

[X]
×