kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.704.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.310   25,00   0,15%
  • IDX 6.803   14,96   0,22%
  • KOMPAS100 1.005   -3,16   -0,31%
  • LQ45 777   -4,08   -0,52%
  • ISSI 212   1,22   0,58%
  • IDX30 402   -2,62   -0,65%
  • IDXHIDIV20 484   -3,58   -0,73%
  • IDX80 114   -0,52   -0,46%
  • IDXV30 119   -0,94   -0,79%
  • IDXQ30 132   -0,40   -0,30%

Market Cap BEI Susut Rp 935 Triliun, Saham Perbankan Mulai Pulih?


Senin, 17 Februari 2025 / 06:35 WIB
Market Cap BEI Susut Rp 935 Triliun, Saham Perbankan Mulai Pulih?
ILUSTRASI. Pialang memegang kepala saat harga saham anjlok (11/7/2025). KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto

Rebalancing MSCI dan Dampaknya terhadap Pasar

Direktur Reliance Sekuritas Indonesia, Reza Priyambada, menambahkan bahwa investor, terutama asing, masih mencermati berbagai sentimen yang memengaruhi pasar. Salah satunya adalah rebalancing Morgan Stanley Capital International (MSCI) yang dilakukan pekan lalu.

Dalam rebalancing MSCI periode Februari 2025, lebih banyak saham di BEI yang dikeluarkan dari indeks dibandingkan yang masuk.

Bahkan, tidak ada satu pun saham yang ditambahkan ke dalam MSCI Global Standard Indexes, sementara tiga saham dikeluarkan.

MSCI juga tidak memasukkan saham BREN, CUAN, dan PTRO ke dalam MSCI Indonesia Investable Market Index, meskipun sebelumnya sempat dirumorkan akan masuk.

Baca Juga: Saham BBRI, BRMS, dan BMRI Paling Ramai Dalam Perdagangan Sepekan Hingga Jumat (14/2)

Peluang di Tengah Pelemahan Pasar

Meskipun kondisi IHSG masih penuh tantangan, Reza tetap optimistis bahwa pasar saham Indonesia masih menarik, terutama dari sisi valuasi dan potensi pertumbuhan emiten. Ketika ada sentimen positif yang muncul, investor asing berpotensi kembali masuk ke pasar.

Vice President Marketing Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi, juga berpendapat bahwa posisi IHSG saat ini masih atraktif.

Dengan Price to Earnings (PE) ratio sebesar 11,53 kali, valuasi IHSG tergolong undervalue dibandingkan rata-rata PE lima tahun terakhir sebesar 13,6 kali dan indeks di negara berkembang yang mencapai 14,42 kali.

Stabilitas makroekonomi dalam negeri akan menjadi faktor tambahan yang meningkatkan daya tarik IHSG.

Audi memperkirakan IHSG akan bergerak dalam rentang support 6.521 dan resistance 6.882 hingga akhir Februari 2025.

Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas Indonesia, Fath Aliansyah Budiman, menyoroti bahwa kebangkitan saham perbankan besar (big banks) dapat menjadi katalis bagi IHSG.

Terlebih dengan adanya rencana buyback saham oleh beberapa emiten perbankan, yang bisa menjadi faktor pendukung bagi pergerakan indeks.

Selain itu, pelemahan indeks dolar AS juga berpotensi menguatkan nilai tukar rupiah, yang dapat mendorong aliran dana asing kembali masuk ke pasar saham.

Baca Juga: Intip Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Senin (17/2)

Strategi Investasi di Tengah Ketidakpastian

Fendi Susiyanto menyarankan agar investor tetap waspada terhadap volatilitas pasar. Ia merekomendasikan strategi trading jangka pendek dengan memperhatikan momentum pasar (market timing). Dari sisi sektoral, Fendi menjagokan saham di sektor keuangan (perbankan), energi, dan infrastruktur (telekomunikasi).

Beberapa saham yang menarik menurut Fendi antara lain: PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Petrosea Tbk (PTRO), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).

Sementara itu, Reza Priyambada juga merekomendasikan beberapa saham yang masih cenderung berada di harga bawah, seperti: PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), PT Barito Pacific Tbk (BRPT), dan PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×