kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45916,37   -3,13   -0.34%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mandiri Investasi: Minat Investor Tinggi Terhadap Produk Investasi Berlabel ESG


Jumat, 07 Juli 2023 / 15:20 WIB
Mandiri Investasi: Minat Investor Tinggi Terhadap Produk Investasi Berlabel ESG
ILUSTRASI. Mandiri Investasi meyakini produk investasi yang mengedepankan prinsip ESG akan semakin diminati investor.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Mandiri Manajemen Investasi (Mandiri Investasi) meyakini produk investasi yang mengedepankan prinsip kepedulian terhadap lingkungan, sosial dan tata kelola yang prudent atawa environmental, social & governance (ESG), akan semakin diminati investor.

Hal itu seiring meningkatnya kepedulian pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat terhadap upaya pengurangan emisi gas karbon, yang ditargetkan pemerintah menjadi net zero emission pada 2060.

Direktur Utama Mandiri Investasi, Aliyahdin Saugi, mengatakan bahwa dari sisi produk investasi khususnya reksadana berlabel ESG, secara industri terjadi peningkatan dana kelolaan alias asset under management (AUM) signifikan. Hal itu disampaikannya pada konferensi yang digelar CFA Society di Jakarta.

Pada 2018, total AUM reksadana bertemakan ESG sebesar Rp 28 miliar, jumlahnya kemudian meningkat pada 2020 sebesar Rp 480 miliar dan tahun ini sudah mencapai Rp 630 miliar. Rata-rata pertumbuhan AUM reksadana ESG sekitar Rp 100 miliar–Rp 200 miliar per tahun.

Baca Juga: Intip Sejumlah Masukan Perbankan Terkait Revisit Taksonomi Hijau Indonesia

Selain itu, peningkatan juga terlihat pada produk reksadana ESG yang diterbitkan. Tahun 2020, baru ada 5 produk reksadana, jumlahnya terus meningkat hingga pada semester pertama 2023 reksadana bertema ESG mencapai 21 reksadana. Meningkatnya dana kelolaan itu utamanya dipicu oleh tingkat imbal hasil/return yang lebih tinggi dibanding reksadana non ESG.

Pria yang akrab dipanggil Adi tersebut mencontohkan, imbal hasil Reksadana Indeks Mandiri FTSE Indonesia ESG yang diluncurkan tahun lalu, mencatat tingkat pertumbuhan return hingga 7%. Jika dibandingkan dengan kinerja IHSG terkoreksi sekitar 5% pada periode yang sama.

Reksadana Mandiri Indeks FTSE Indonesia ESG adalah reksadana pertama di Indonesia yang menggunakan indeks FTSE Indonesia ESG sebagai acuan. Keunggulan utama Reksadana Mandiri Indeks FTSE Indonesia ESG dibanding produk reksadana lain ialah imbal hasil investasi yang diberikan setara dengan kinerja Indeks FTSE Indonesia ESG yang memiliki performa sangat baik.

Baca Juga: Jadi Jawara, Reksadana Saham Banyak Investasi di Saham Bank

“Selain imbal hasil yang sangat baik relatif terhadap indeks lainnya, tidak ada risiko berupa rotasi sektor di pasar atau allocation active risk pada reksadana ini. Reksadana ini juga didesain tidak memiliki eksposure berlebih pada sektor tertentu. Terlebih indeks FTSE ESG hanya di-rebalancing satu kali dalam setahun,” ungkap Adi dalam siaran pers, Jumat (7/7).

Beranjak ke kinerja saham, indeks FTSE Indonesia ESG yang diterbitkan oleh FTSE Russell, mencatat pertumbuhan harga saham tertinggi sebesar 57,56% berdasarkan data 2016-2021. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan indeks LQ45 yang berisi saham-saham blue chip, sebesar 38,11%, dan pertumbuhan indeks IDX30 sebesar 41,49%.

Begitu pula pada instrumen surat utang, kepedulian investor terhadap aspek ESG salah satunya tercermin pada tingginya minat terhadap obligasi berwawasan lingkungan (green bond) yang diterbitkan Bank Mandiri, baru-baru ini. Bahkan, pada periode book building yang berakhir 4 Juni 2023, terjadi kelebihan permintaan alias oversubscribed sebesar 3,74 kali. Dengan nilai penawaran mencapai Rp 18,7 triliun dari target sebesar Rp 5 triliun.

Baca Juga: Pemerintah Rem Penerbitan Surat Utang, Ini Efeknya ke Reksadana Berbasis Obligasi

Merespons tingginya minat pelaku usaha dan investor terhadap aspek ESG, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) selaku regulator berencana menerbitkan Peraturan OJK terkait Bursa Karbon dalam waktu dekat. Dalam keterangan resminya OJK optimistis bursa karbon dapat beroperasi pada tahun ini.

Makin maraknya instrumen pasar modal yang peduli terhadap ESG, sejalan dengan keinginan para profesional di bidang investasi yang tergabung dalam CFA Society Indonesia. Ketua CFA Society Indonesia Pahala N. Mansury menegaskan, organisasi nirlaba yang dipimpinnya, siap mendukung komitmen pemerintah untuk mencapai net zero emission (NZE) paling lambat pada 2060.

“Kami di CFA Indonesia berkomitmen mendukung NZE yang dicanangkan pemerintah, dengan mendorong peran aktif pelaku usaha dan publik. Kementerian BUMN juga mendorong terwujudnya peta jalan atau road map untuk mendukung NZE,” ucap Pahala yang juga merupakan Wakil Menteri BUMN I dalam kesempatan yang sama. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×