kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45999,83   6,23   0.63%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mandatori B35 Diimplementasikan Tahun Depan, Ini Emiten yang Diuntungkan


Rabu, 07 Desember 2022 / 20:34 WIB
Mandatori B35 Diimplementasikan Tahun Depan, Ini Emiten yang Diuntungkan
ILUSTRASI. Analis menilai beberapa emiten CPO akan diuntungkan pada tahun depan seiring dengan implementasi B35.


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Analis menilai beberapa emiten CPO akan diuntungkan pada tahun depan. Ini seiring dengan permintaan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) agar pelaksanaan mandatori program campuran biodiesel sebesar 35% atau B35 pada Bahan Bakar Minyak (BBM) Solar bisa mulai diberlakukan pada 2023.

Analis Reliance Sekuritas Lukman Hakim menilai, rencana implementasi mandatori B35 akan memberikan keuntungan untuk emiten CPO yang dapat menyerap kebutuhan CPO untuk biodiesel. Apalagi, jika melihat proses pembuatan biodiesel yang membutuhkan Fatty Acid Methyl Ester (FAME).

"Saat ini group Jhonlin atau JARR yang melakukan investasi di sektor biodiesel dapat diuntungkan terlebih mendapatkan kontrak dengan Pertamina untuk menyediakan kebutuhan FAME," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (7/12).

Baca Juga: Bisnis Minyak Sawit Tetap Licin, SSMS Bidik Produksi Tumbuh 15% Tahun Depan

Oleh sebab itu, ia menilai JARR berpotensi berpotensi meningkatkan kinerja seiring jika terealisasi rencana mandatori B35. Terlebih, JARR juga telah berekspansi dalam pembangunan pabrik baru biodiesel.

Lukman merekomendasikan saham JARR, kendati saham JARR saat ini sedang terkoreksi dan masih berpotensi menguji supportnya di Rp 236. Maka, ia menilai investor dapat antisipasi jika memantul dari supportnya.

"Investor dapat memperhatikan JARR dengan target di resistance Rp 414," katanya.

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian menambahkan, rencana implementasi B35 juga akan memberikan keuntungan bagi emiten sawit yang sudah mempunyai pangsa pasar dalam negeri dan skala produksi cukup besar. 

"Juga mempunyai pabrik yang mampu mengolah hasil dari minyak kelapa sawit seperti AALI, LSIP, dan SGRO," katanya.

Hanya saja, untuk prospek CPO secara umum Fajar melihat tahun depan akan sedikit berat. Ini seiring dengan harga CPO dan komoditas pangan lainnya yang diperkirakan akan melandai sehingga menurunkan rata-rata harga jual (ASP) dari emiten-emiten tersebut, meskipun tingkat produksi masih naik.

Baca Juga: Astra Agro Lestari (AALI) Sensitif Terhadap Perubahan Harga CPO

Menurutnya, pelemahan harga CPO akibat sentimen perlambatan ekonomi global yang akan menurunkan harga komoditas termasuk CPO karena lemahnya permintaan.

"Untuk ASP efeknya memang ada, tetapi dengan meningkatnya produksi seharusnya mampu meminimalkan dampak dari penurunan," lanjutnya.

Fajar menjagokan AALI, LSIP, dan SGRO. Adapun untuk AALI sedang dalam fase downtrend, sehingga investor bisa mencermati level support resistance di Rp 7.725 - Rp 8.750.

Kemudian LSIP juga sedang downtrend, sehingga ia menyarankan untuk mencermati level support resistance di Rp 985 - Rp 1.100. 

Sementara SGRO sedang sideways dan investor bisa mencermati level support resistance di Rp 2.080 - Rp 2.150.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Storytelling with Data (Data to Visual Story) Mastering Corporate Financial Planning & Analysis

[X]
×