Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Yudho Winarto
Ada juga PT Schroders Investment Management Indonesia (Schroders) yang ikut menambahkan saham BUKA pada portofolio sahamnya.
Presiden Direktur Michael Tjandra Tjoajadi mengungkapkan, Bukalapak dinilai punya prospek pertumbuhan yang bagus ke depan. Terlebih Bukalapak menjadi e-commerce pertama yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia.
Lebih lanjut, Michael menilai BUKA setidaknya akan terkena dampak dari konflik Amerika Serikat dan China di mana Joe Biden telah melarang instansi dan warga AS berinvestasi pada saham, investasi, surat berharga beserta turunannya atas perusahaan-perusahaan yang diduga memberikan bantuan pada militer China.
Baca Juga: Saham Bukalapak (BUKA) masih diburu investor ritel dan institusi
Banyak di antara perusahaan-perusahaan tersebut, merupakan emiten teknologi. Hal ini menyebabkan, investor AS tidak punya pilihan lain selain harus menjual kepemilikan sahamnya di perusahaan tersebut.
"Kalau mereka (investor AS) tidak bisa berinvestasi di China, maka mereka akan mencari alternatif lain. Indonesia dengan keberadaan Bukalapak dan calon emiten teknologi lainnya, menjadi alternatif yang menarik," kata Michael.
Siap Memitigasi Risiko
Meski ikut berburu saham BUKA saat IPO, para MI tidak jorjoran memborong saham emiten ini. Panin Asset Management misalnya, masuk ke saham BUKA dengan bobot terbatas. Sebab, valuasi dan fundamental BUKA agak sulit dinilai. Oleh karena itu, sebagai langkah mitigasi risiko, Panin AM hanya memasukkan BUKA ke dalam beberapa produk reksadananya.