kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Manajer Investasi ramai-ramai menambahkan saham BUKA ke dalam portofolio reksadana


Selasa, 10 Agustus 2021 / 08:31 WIB
Manajer Investasi ramai-ramai menambahkan saham BUKA ke dalam portofolio reksadana
ILUSTRASI. Ikon?logo Bukalapak.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) menjadi incaran para investor. Tak hanya investor ritel, investor institusi seperti Manajer Investasi (MI) pun tak mau ketinggalan mengoleksi saham BUKA dalam portofolionya.

Trimegah Aset Management  menjadi salah satu MI yang ikut berpartisipasi dalam hajatan IPO BUKA beberapa waktu kemarin. Direktur Utama Trimegah AM Antony Dirga menyebut, saham BUKA menarik dikoleksi karena Bukalapak merupakan salah satu proxy untuk eksposur e-commerce di pasar saham Indonesia, di mana mereka juga memiliki pertumbuhan Total Processing Value (TPV) yang sangat tinggi.

“Di sisi lain, kami melihat bobot BUKA di indeks juga lebih dari 1% pada waktu IPO kemarin. Untuk reksadana saham yang dikelola secara relatif dengan acuan indeks saham, bobot yang lebih dari 1% ini menjadi cukup signifikan untuk menjadi pertimbangan MI seperti kami,” kata Antony ketika dihubungi Kontan.co.id, Senin (9/8).

Baca Juga: Prediksi IHSG hari Selasa (10/8) melemah, ini rekomendasi saham untuk raih cuan

Sucorinvest Asset Managament pun tak mau ketinggalan dan ikut mengoleksi saham BUKA. Investment Specialist Sucorinvest AM Toufan Yamin membeberkan, pihaknya ikut dalam hajatan IPO BUKA beberapa waktu silam.

Saham BUKA yang diperoleh kemudian dibagi secara merata ke seluruh produk reksadana Sucorinvest AM yang berbasis saham.

Pihaknya menyukai BUKA karena aksi IPO dilakukan sebagai cara mengembangkan bisnisnya, yakni Mitra Bukalapak yang punya prospek menarik ke depannya.

Menurutnya, masa depan BUKA nantinya ada di Mitra Bukalapak, karena jika bisnis marketplace-nya memang dari market share jelas kalah dari Tokopedia maupun Shopee.

Oleh karena itu, jika dilihat secara valuasi bisa jadi memang kurang menarik, lantaran saat ini memang lini bisnisnya sedang shifting ke Mitra Bukalapak.

 

Ada juga PT Schroders Investment Management Indonesia (Schroders) yang ikut menambahkan saham BUKA pada portofolio sahamnya.

Presiden Direktur Michael Tjandra Tjoajadi mengungkapkan, Bukalapak dinilai punya prospek pertumbuhan yang bagus ke depan. Terlebih Bukalapak menjadi e-commerce pertama yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia.

Lebih lanjut, Michael menilai BUKA setidaknya akan terkena dampak dari konflik Amerika Serikat dan China di mana Joe Biden telah melarang instansi dan warga AS berinvestasi pada saham, investasi, surat berharga beserta turunannya atas perusahaan-perusahaan yang diduga memberikan bantuan pada militer China.

Baca Juga: Saham Bukalapak (BUKA) masih diburu investor ritel dan institusi

Banyak di antara perusahaan-perusahaan tersebut, merupakan emiten teknologi. Hal ini menyebabkan, investor AS tidak punya pilihan lain selain harus menjual kepemilikan sahamnya di perusahaan tersebut.

"Kalau mereka (investor AS) tidak bisa berinvestasi di China, maka mereka akan mencari alternatif lain. Indonesia dengan keberadaan Bukalapak dan calon emiten teknologi lainnya, menjadi alternatif yang menarik," kata Michael.

Siap Memitigasi Risiko

Meski ikut berburu saham BUKA saat IPO, para MI tidak jorjoran memborong saham emiten ini. Panin Asset Management misalnya, masuk ke saham BUKA dengan bobot terbatas. Sebab, valuasi dan fundamental BUKA agak sulit dinilai. Oleh karena itu, sebagai langkah mitigasi risiko, Panin AM hanya memasukkan BUKA ke dalam beberapa produk reksadananya.

Direktur Panin AM Rudiyanto memaparkan kebijakan Panin AM berinvestasi di BUKA sebagai taktikal. Cara bobot investasi pun relatif kecil dan bersifat taktikal. Jadii ketika dirasa target harga sudah tercapai, dapat dilakukan realisasi penjualan

Para MI pun secara strategi kebanyakan menjadikan saham BUKA sebagai alpha seeker. Dengan adanya saham BUKA diharapkan bisa meningkatkan kinerja reksadananya.

Baca Juga: IHSG diramal bakal melanjutkan pelemahan pada Selasa (10/8)

Toufan juga menyebut Sucorinvest menjaga porsi saham BUKA untuk berada di bawah 3%. Pihaknya mengaku masih mengedepankan strategi value investing, sehingga lebih memilih saham-saham bluechip yang dari sisi valuasi sedang terdiskon.

“Jadi saham BUKA pada portofolio reksadana Sucorinvest AM lebih sebagai alpha seeker saja. Ketika sudah mencapai target price yang kami tetapkan, tentu kami ambil kesempatan untuk profit taking,” jelas dia.

Risiko BUKA, menurut Toufan, adalah seberapa lancar eksekusi pergantian model bisnis dan efek ke pendapatan. Alhasil, alokasi BUKA pada portofolio reksadana AM tidak besar.

Sebagai upaya memitigasi risiko, Antony menyebut pihaknya telah melakukan analisa potensi likuiditas. BUKA dinilai punya likuiditas yang baik sehingga tidak akan menjadi masalah yang besar. Ia juga optimistis dengan prospek BUKA yang sangat baik ke depan.

Saat ini Trimegah AM memiliki posisi overweight di dalam portofolio. Perhitungannya, pertumbuhan TPV BUKA yang diperkirakan lebih dari 50% Compound Annual Growth Rate (CAGR) selama 4 tahun ke depan. Apalagi, pertumbuhan Mitra Bukalapak yang solid dari 1,3 juta mitra pada tahun 2018 menjadi 6,9 juta pada akhir 2020.

“Dengan adanya posisi saham BUKA yang berada di atas bobot indeks pada semua reksa dana saham dan campuran milik Trimegah AM, kami harapkan sampai dengan akhir tahun kinerja reksa dana kami bisa berada di atas benchmark,” tutup Antony.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×