kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,72   -19,77   -2.14%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Manajer investasi prediksi yield SUN turun lagi, reksadana pendapatan tetap masih oke


Sabtu, 05 Desember 2020 / 09:20 WIB
Manajer investasi prediksi yield SUN turun lagi, reksadana pendapatan tetap masih oke


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para manajer investasi optimistis yield surat utang negara (SUN) acuan tenor 10 tahun berpotensi menurun di 2021. Strategi memilih SUN berdurasi panjang sebagai aset reksadana pendapatan tetap juga masih mereka pertahankan agar kinerja tumbuh optimal. 

Berdasarkan data Infovesta, reksadana TRAM Strategic Plus milik Trimegah Asset Management berhasil membukukan kinerja 3,67% secara bulanan di November. Kinerja tersebut melebihi kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap yang tumbuh 2,21% di periode yang sama. 

Head of Fixed Income Trimegah Asset Management Darma Yudha mengatakan, reksadana tersebut menggunakan strategi pengelolaan aktif berdasarkan durasi portofolio. "Kinerja bisa rally karena kinerja SUN tersokong sentimen positif dari kemenangan Joe Biden dan perkembangan pengadaan vaksin Covid-19," kata Yudha, Jumat (4/12). 

Selain itu, pertumbuhan kinerja reksadana ini juga terbantu dari pemilihan SUN yang fokus pada durasi panjang. "Spread yield SUN dengan US Treasury besar, jadi kami perpanjang durasi SUN," kata Yudha. Dengan begitu ketika yield ke depan diproyeksikan menurun maka apresiasi kenaikan harga pada durasi panjang akan lebih tinggi. 

Baca Juga: Reksadana Manulife Dana Tetap Utama tumbuh 13,63% berkat SUN tenor panjang

Reksadana Manulife Dana Tetap Utama milik Manulife Investment Management berhasil berkinerja lebih tinggi dari rata-rata. Infovesta Utama mencatat kinerja reksadana tersebut tumbuh 13,63% ytd per November. Kinerja tersebut jauh lebih tinggi dari kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap yang tumbuh 8,93% di periode yang sama. 

Director and Chief Investment Officer Fixed Income Manulife Aset Manajemen Indonesia Ezra Nazula mengatakan strategi pengelolaan reksadana Manulife Dana Tetap Utama berfokus pada Surat Utang Negara (SUN) tenor menengah hingga panjang. "Mengingat sekarang kurva imbal hasil sangat steep antara tenor pendek dan panjang, artinya masih ada value di tenor 10 tahun ke atas," kata Ezra, Jumat (4/12). 

Baca Juga: Bank Commonwealth: Tren penurunan bunga bakal kerek bisnis wealth management

Kinerja reksadana yang unggul ini juga didukung oleh sentimen penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia ke 3,75%. Ezra menjelaskan era suku bunga global yang rendah membuat hampir setengah obligasi di dunia memiliki imbal hasil di bawah 1%. Kondisi ini membuat secara relatif yield yang ditawarkan Indonesia menarik di mata investor asing. 

Hingga tahun depan, Yudha mengatakan masih akan menerapkan strategi pengelolaan yang sama, yaitu tetap fokus pada SUN durasi panjang. Alasannya, di tahun depan yield SUN acuan tenor 10 tahun masih berpotensi untuk menurun ke 5,75%.

Dengan begitu diproyeksikan kinerja reksadana pendapatan tetap bisa mencapai 7%-8% pada tahun depan. Bahkan, jika distribusi vaksin bisa dilakukan dengan cepat di kuartal pertama 2021 dan khasiatnya terbukti manjur di atas 90% maka yield acuan berpotensi turun ke 5%-5,25%. Sementara, proyeksi kinerja reksadana pendapatan tetap menjadi 9%-10%. 

Dengan tingkat suku bunga yang semakin rendah, Yudha mengatakan reksadana pendapatan tetap jadi makin menarik bila dibandingkan dengan tabungan deposito yang hanya memberikan imbal hasil sekitar 4% gross

Baca Juga: Kinerja Reksadana TRAM Strategic Plus unggul tersokong SUN durasi panjang

Sementara, Ezra memproyeksikan yield SUN tenor 10 tahun menurun  ke level 5,5% di tahun depan. Sementara, Ezra memperkirakan kinerja pasar obligasi dapat tetap solid dan kinerja reksadana pendapatan tetap berada di kisaran 8%-10%. 

Sedangkan di tahun depan Ezra memproyeksikan tantangan yang mungkin menghampiri pasar obligasi bisa datang dari faktor masalah geopolitik yang memicu risk off. Selain itu jika pandemi belum juga selesai dan perlambatan ekonomi masih berlanjut maka bisa menyebabkan aliran dana asing ke pasar berkembang terhambat. 

Baca Juga: Skema Penyelesaian Kasus Jiwasraya Berpotensi Menimbulkan Masalah Baru

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×