Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Kinerja reksadana yang unggul ini juga didukung oleh sentimen penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia ke 3,75%. Ezra menjelaskan era suku bunga global yang rendah membuat hampir setengah obligasi di dunia memiliki imbal hasil di bawah 1%. Kondisi ini membuat secara relatif yield yang ditawarkan Indonesia menarik di mata investor asing.
Hingga tahun depan, Yudha mengatakan masih akan menerapkan strategi pengelolaan yang sama, yaitu tetap fokus pada SUN durasi panjang. Alasannya, di tahun depan yield SUN acuan tenor 10 tahun masih berpotensi untuk menurun ke 5,75%.
Dengan begitu diproyeksikan kinerja reksadana pendapatan tetap bisa mencapai 7%-8% pada tahun depan. Bahkan, jika distribusi vaksin bisa dilakukan dengan cepat di kuartal pertama 2021 dan khasiatnya terbukti manjur di atas 90% maka yield acuan berpotensi turun ke 5%-5,25%. Sementara, proyeksi kinerja reksadana pendapatan tetap menjadi 9%-10%.
Dengan tingkat suku bunga yang semakin rendah, Yudha mengatakan reksadana pendapatan tetap jadi makin menarik bila dibandingkan dengan tabungan deposito yang hanya memberikan imbal hasil sekitar 4% gross.
Baca Juga: Kinerja Reksadana TRAM Strategic Plus unggul tersokong SUN durasi panjang
Sementara, Ezra memproyeksikan yield SUN tenor 10 tahun menurun ke level 5,5% di tahun depan. Sementara, Ezra memperkirakan kinerja pasar obligasi dapat tetap solid dan kinerja reksadana pendapatan tetap berada di kisaran 8%-10%.
Sedangkan di tahun depan Ezra memproyeksikan tantangan yang mungkin menghampiri pasar obligasi bisa datang dari faktor masalah geopolitik yang memicu risk off. Selain itu jika pandemi belum juga selesai dan perlambatan ekonomi masih berlanjut maka bisa menyebabkan aliran dana asing ke pasar berkembang terhambat.
Baca Juga: Skema Penyelesaian Kasus Jiwasraya Berpotensi Menimbulkan Masalah Baru
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News