Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lesunya pasar surat utang negara (SUN) membuat kinerja reksadana pendapatan tetap ikut seret. Berdasarkan data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), dalam sepekan terakhir Indonesia Composite Bond Index (ICBI) masih melemah 0,48%.
Infovesta Utama juga mencatat, sejak awal Februari hingga kemarin, indeks reksadana pendapatan tetap terus melemah. "Di minggu kedua Februari, indeks reksadana pendapatan tetap turun 0,30% dan di minggu ketiga masih turun lagi 0,16%," kata Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana, Kamis (22/2).
Sentimen kenaikan suku bunga The Federal Reserve membuat pasar surat utang, khususnya obligasi pemerintah, memble. Investor asing juga memilih melakukan profit taking dan angkat kaki dari SUN. Hal ini membuat harga obligasi cenderung turun.
Reita Farianti, President Director BNI Asset Management, mengatakan, bila yield US Treasury tenor 10 tahun naik dan menembus level psikologis 3%, hal ini akan menimbulkan efek spillover pada pasar obligasi di berbagai negara. "Dari sisi domestik, faktor tahun pemilu juga membuat investor global jadi lebih waspada," kata dia.
Mengganti portofolio
Jadi tak heran jika akhirnya BNI AM memilih menerapkan strategi baru dalam mengelola portofolio investasi pada reksadana pendapatan tetap. Reita bilang, pihaknya akan melakukan peralihan dari obligasi pemerintah bertenor pendek ke obligasi korporasi.
Tapi tak sembarang obligasi korporasi yang diambil. BNI AM memilih obligasi dengan rating AAA. "Ini dilakukan agar mendapatkan yield yang lebih baik," ujar dia.
Namun, untuk perubahan yang substansial, BNI AM belum akan melakukannya. BNI AM masih optimistis dengan imbal hasil reksadana pendapatan tetap yang positif. Hal tersebut didukung inflasi dalam negeri yang masih rendah dan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3%. Selain itu, tren penurunan suku bunga deposito diprediksi mampu menopang kinerja reksadana.
Henan Putihrai Asset Management juga menyusun strategi baru. Head of Businees Development Division Henan Putihrai AM Reza Fahmi Riawan bilang, untuk produk reksadana HPAM Goverment Bond yang memang memiliki 100% aset pada SUN, pihaknya mengurangi porsi SUN bertenor panjang. Ini dilakukan untuk menekan koreksi.
Memang menurut Wawan, obligasi pemerintah dengan tenor di atas 10 tahun punya risiko lebih besar. Di saat kondisi pasar obligasi sedang lesu, potensi koreksi pun jauh lebih dalam. Namun, bila optimisme pasar obligasi kembali, obligasi pemerintah dengan tenor panjang akan mencetak kinerja lebih baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News