kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Likuiditas ketat masih jadi tantangan saham perbankan ke depan


Senin, 02 Desember 2019 / 07:00 WIB
Likuiditas ketat masih jadi tantangan saham perbankan ke depan


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menahan penurunan suku bunga acuan di November 2019 diprediksi berlanjut hingga akhir tahun. Sementara itu, saham-saham sektor perbankan cenderung tertekan kondisi likuiditas ketat.

Kepala Riset Samuel Sekuritas Suria Dharma menjelaskan, tantangan terbesar bagi kinerja saham perbankan adalah kempesnya likuiditas. Kalaupun ada upaya BI untuk memangkas giro wajib minimum (GWM) kontribusinya hanya sekitar Rp 30 triliun ke likuiditas perbankan.

Baca Juga: Investor asing banyak melepas saham-saham perbankan, ini rekomendasi bagi investor

"Ke depan likuiditas kelihatannya akan lebih ketat, karena terakhir loan to deposit ratio (LDR) juga sudah 94%," ujar Suria saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (1/12).

Berkaca dari kondisi tersebut, Suri memprediksi bahwa BI masih memiliki ruang untuk memangkas suku bunga acuannya sekali lagi di tahun depan. Sedangkan untuk tahun ini, tampaknya bank sentral masih akan sulit memangkas suku bunga lantaran likuiditas yang ketat.

Di sisi lain, penurunan GWM belum cukup bagus untuk meningkatkan likuiditas di pasar. Apalagi, pertumbuhan kredit saat ini belum ditopang oleh sektor-sektor utama seperti perdagangan, pertanian dan industri pengolahan yang mana permintaan kreditnya masih cenderung lesu.

Baca Juga: Mencetak kenaikan mentereng, simak rekomendasi saham sektor industri dasar berikut

Adapun sektor yang lebih banyak disalurkan kredit saat ini yakni konsumsi, power plan, dan pertambangan. "Kredit tidak lari ke sektor-sektor utama makannya, penyaluran kredit dan likuiditas kebanyakan ada di bank BUKU IV," jelasnya.

Meskipun begitu, Suria menilai penyaluran kredit ke sektor seperti infrastruktur dan kredit usaha rakyat (KUR) masih cukup kencang. Dia juga menilai akan ada prospek positif untuk permintaan kredit dari sektor crude palm oil (CPO) yang mana saat ini harganya mulai merangkak naik.

Apalagi tahun depan bakal diterapkan penggunaan B20 di Malaysia dan B30 di Indonesia, yang selanjutnya akan menyerap CPO di kedua negara tersebut.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×