Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) berhasil melewati fase recovery di tengah tantangan harga jual crude palm oil (CPO) dan palm kernel (PK) yang melandai seiring pergerakan harga komoditas global.
Perseroan optimistis setelah recovery, tren pertumbuhan positif masih akan berlangsung hingga akhir tahun.
Presiden Direktur TAPG Tjandra Karya Hermanto menjelaskan, selama fase recovery, TAPG memiliki strategi untuk fokus mengoptimalkan pemupukan dan mempersiapkan infrastruktur.
Pada kuartal II 2023 produksi tandan buah segar (TBS) mencapai 779.000 ton, meningkat hingga 26% dibandingkan kuartal I 2023.
Baca Juga: Triputra Agro Persada (TAPG) Bukukan Penurunan Penjualan 22,3% di Semester I/2023
Pertumbuhan tersebut juga ditandai dengan yield yang tinggi sebesar 6 ton per hektar, dengan rata-rata umur tanaman 12,7 tahun.
“Iklim yang membaik dan optimalisasi pupuk terbukti memberikan peningkatan produksi hingga double digit pada kuartal II dibandingkan kuartal sebelumnya. Perseroan memperkirakan produksi akan membaik pada semester kedua,” katanya dalam siaran pers, Senin (31/7).
Menyambut panen raya, strategi fase recovery TAPG ditopang oleh penggunaan teknologi sebagai cornerstone of operational excellence dan program continuous improvement.
Selain itu, sebagai mitigasi risiko atas proyeksi El Nino, TAPG juga telah menyiapkan embung-embung air sebagai aksi pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Langkah-langkah ini dilakukan menjaga potensi pertumbuhan produksi pada semester kedua tahun ini.
Dari sisi permintaan, kondisi dalam negeri masih sangat baik didukung pertumbuhan konsumsi masyarakat pada kuartal II 2023.
“Selain itu optimalisasi program B35 dengan target penyerapan hingga 13,15 juta kiloliter sampai akhir tahun akan menjadi dukungan penting atas penyerapan CPO di pasar domestik,” paparnya.
Baca Juga: Harga CPO Menguat, Simak Rekomendasi Saham Triputra Agro Persada (TAPG)
Di sisi lain, permintaan ekspor juga diprediksi membaik, terutama dari China dan India. Hal itu terjadi seiring proyeksi data perekonomian China yang akan bertumbuh pada semester II. Sementara, India juga akan merayakan Hari Raya Dipawali.