Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
“Tingginya selisih harga dengan minyak nabati lain seperti soybean oil juga dapat meningkatkan nilai tambah CPO pada perdagangan global. Masih tingginya permintaan diharapkan dapat menjaga harga jual perseroan pada level yang tinggi sampai akhir tahun ini,” paparnya.
Tjandra menuturkan, harga jual CPO sampai kuartal II 2023 masih menjadi salah satu tantangan dalam industri dan berpengaruh langsung pada performa TAPG. Sebagai informasi, harga jual CPO perseroan sepanjang semester I 2023 terkoreksi 19%, sementara harga jual PK menurun sampai 50%.
Meski demikian, delivery perseroan justru tercatat meningkat 10%. Hal itu menandakan permintaan masih cukup kuat dan dapat jadi fondasi pada sisa enam bulan tahun ini.
Total penjualan CPO sampai semester I 2023 tercatat senilai Rp 3,4 triliun, sedangkan nilai penjualan PK mencapai Rp 365 miliar.
Baca Juga: Triputra Agro (TAPG) Ditekan Harga CPO dan Biaya Tinggi
Sedangkan selama enam bulan pertama tahun ini, TAPG berhasil mencatat EBITDA Rp 836 miliar, dan laba bersih Rp 484 miliar. Raihan laba bersih terkoreksi dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya akibat penurunan harga jual dan naiknya ongkos produksi, terutama harga pupuk.
“Pendapatan perseroan juga turut ditopang keuntungan valas hingga Rp 24,8 miliar yang tumbuh signifikan dibandingkan tahun lalu dengan mencatat kerugian Rp 110 miliar,” paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News