kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lesu saat lebaran, kinerja Ramayana Lestari Sentosa (RALS) dinilai masih baik


Kamis, 22 Agustus 2019 / 15:22 WIB
Lesu saat lebaran, kinerja Ramayana Lestari Sentosa (RALS) dinilai masih baik
ILUSTRASI. Ramayana Prime


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Momen lebaran menjadi salah satu momen yang dapat meningkatkan penjualan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS, anggota indeks Kompas100) tiap tahunnya. Hal ini mengingat segmentasi pasar dari RALS konsumen tipe kelas C dan D yang melakukan aktivitas belanja setahun sekali. Mayoritas konsumen tersebut melakukan belanja pada momen lebaran.

Pada lebaran tahun ini, RALS belum mencatatkan kinerja yang cukup baik. Tercatat, penjualan RALS pada bulan Juni 2019 hanya Rp 1,08 triliun. Hal ini jauh di bawah ekspetasi RALS sendiri yang menargetkan penjualan pada bulan Juni berada di angka Rp 1,23 triliun.

Baca Juga: XL Axiata (EXCL) minta pemerintah siapkan database IMEI yang sudah terverifikasi

Dalam riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia yang dituliskan oleh Christine Natasya pada 24 Juli 2019, dikatakan bahwa perusahaan salah memperkirakan target penjualan pada saat lebaran.

Christine mengatakan bahwa perusahaan memperkirakan penjualan pada bulan Juni akan menggabungkan momen lebaran dengan momen liburan sekolah. “Namun, hal ini tidak terjadi, karena banyak orang Indonesia sudah kembali ke kampung halamannya merayakan Idul Fitri, sementara non-Muslim sedang berlibur,” tulis Christine dalam risetnya.

Analis Trimegah Sekuritas Darien Sanusi juga bilang bahwa kinerja RALS saat lebaran ini masih belum memuaskan. Ia menilai ekspetasi perusahaan sudah tinggi dalam menghadapi momen lebaran tahun ini.

Darien mengatakan bahwa perusahaan telah mengantisipasi peningkatan jumlah konsumsi dari adanya diskon dan cashback dari layanan pembayaran online seperti Gopay dan OVO. “Bukan kurang, tapi pertumbuhannya tidak sesuai dengan manajemen,” ujar Darien.

Baca Juga: Wijaya Karya Beton (WTON) akan jual 377,15 juta lembar saham treasuri

Dalam menghadapi lesunya penjualan saat momen lebaran, Darien berpendapat bahwa Ramayana butuh kejelasan serta katalis untuk lebaran. Menurutnya, hal tersebut bisa merubah penjualan RALS. “Kalau mereka mau kinerjanya makin kencang, harus nunggu lebaran itu ada katalis apa,” jelas Darien.

Meskipun penjualannya sedikit lesu, analis Ciptadana Sekuritas Robert Sebastian menilai kinerja RALS di semester dua ini masih cukup baik. Alasannya, ada peningkatan margin dari tahun ke tahun.

Hal ini karena RALS mampu melakukan efisiensi sehingga marginnya bisa meningkat. “Walaupun tidak banyak kenaikan dari daya beli masyarakat saat lebaran, at least bottom line-nya bisa tumbuh signifikan kalau dilihat dari result semester pertama kemarin,” ujar Robert.

Menurut Robert, fokus RALS pada tahun ini ialah proses transformasi dan meningkatkan margin. Hal ini dikarenakan angka top-line dari RALS ini tidak tumbuh banyak atau cenderung flat. Ia juga bilang bahwa peningkatan margin sudah tampak pada gross margin, operating margin, dan net margin.

Untuk proses transformasi yang dilakukan, Robert mengatakan bahwa RALS akan merenovasi toko yang saat ini telah dimiliki dan mengurangi pembiayaan. Selain itu, menyewakan ruang kosong pada tenant makanan dan olahraga. Menurutnya, hal ini akan meningkatkan performa dari RALS dari traffic yang meningkat dan operating margin yang lebih baik.

Baca Juga: Akhir tahun ini, Bukit Asam (PTBA) akan lepas sekitar 127,8 juta saham treasuri

Kinerja RALS saat ini juga tergantung dengan daya beli masyarakat. Menurut Robert, daya beli masyarakat ini harus dijaga stabilitasnya. Ia optimis daya beli masyarakat masih akan baik hingga tahun depan.

Hal tersebut dikarenakan RAPBN pada tahun 2020 yang diumumkan presiden Jokowi mendorong konsumsi dan kesehatan. “Harusnya daya beli masyarakat pada tahun 2020 masih bisa terjaga dan masih bisa improve dibandingkan tahun ini,” ujar Robert.

Selain menjaga daya beli masyarakat, Darien berpendapat lain bahwa RALS memiliki strategi untuk memperluas segmen pasarnya. Saat ini, Ia menilai RALS sedang mencoba penetrasi untuk masuk ke segmen kelas menengah bersaing dengan departement store lainnya, Matahari. Menurut Darien, RALS masih mempunyai ruang untuk tumbuh karena produktivitasnya masih rendah.

Strategi pengembangan RALS pun juga dibahas oleh analis Sucor Sekuritas Marlene Tanumihardja pada 21 Juni 2019. Dalam risetnya, Marlene menyebutkan Ramayana mempunyai konsep baru Ramayana Primes yang menjadi fokus utamanya.

Baca Juga: Wijaya Karya Tbk (WIKA) berencana melepas 6 juta saham treasuri tahun ini

Menurut Marlene, Ramayana ingin menggabungkan belanja dan hiburan menjadi konsep gaya hidup yang baru. Salah satunya memasukkan Cinema XXI dalam tenant Ramayana.

“Kami percaya konsep ini dapat memperbesar basis pelanggan RALS dan juga menangkap gaya hidup yang meningkat dari pelanggan RALS,” tulis Marlene.

Menurut Darien, hal ini hanya dapat membantu traffic dari RALS sendiri. Alasanya, konsumen yang hendak menonton bioskop juga bisa sembari berbelanja.

Darien juga bilang bahwa konsep ini tidak bisa menjadi recurring income dari biaya sewa karena RALS belum tentu yang memiliki propertinya. “Benefit dari traffic yang meningkat saja, dari dulunya orang yang naik motor sekarang orang naik mobil juga ke Ramayana,” jelas Darien.

Sependapat, Robert menilai strategi RALS membuat Ramayana Primes untuk menggaet traffic yang ada. Ia bilang orang-orang yang datang ke Ramayana Primes secara tidak langsung bisa berbelanja di Ramayana dan supermarketnya. “Mereka menaruh tenant-tenant ke dalam Ramayana untuk menggaet traffic agar lebih besar,” ujar Robert.

Baca Juga: Semester I-2019, rugi bersih Bima Sakti Pertiwi (PAMG) membengkak jadi Rp 5,63 miliar

Selain itu, Robert juga berpendapat ada strategi lain yang dilakukan oleh RALS untuk meningkatkan kinerja mereka. Ia bilang saat ini RALS telah menyediakan produk-produk fast fashion yang berkualitas dan menjaga harga-harga agar tetap terjangkau.

Untuk saham RALS sendiri, Robert merekomendasikan untuk buy saham ini dengan target harga Rp 1.875. Alasannya, Robert masih menilai pendapatan di semester pertama masih sesuai dengan proyeksinya. Selain itu, ia optimis upaya transformasi perusahaan akan membawa dampak positif bagi margin ekspansi dan meningkatkan laba.

Sependapat, Marlene dan Christine juga merekomendasikan buy untuk saham RALS. Marlene memasang target harga Rp 1.720 dan Christine menargetkan harganya di Rp 1.550.

Darien lebih memilih neutral untuk saham ini dengan target harga Rp 1.500. Hal ini dikarenakan Darien merasa tidak ada momentum di semester dua yang bisa mendongkrak kinerja.

Baca Juga: Bangun pabrik baru, Sat Nusapersada (PTSN) raih pinjaman perbankan US$ 5,69 juta

Ia bilang perlu menunggu kondisi ekonomi dan daya beli masyarakat pada tahun depan. “Menurut saya, katalis jangka pendek untuk Ramayana tidak ada,” ujar Darien.

Hingga akhir tahun, Trimegah menargetkan pendapatan RALS berada di angka Rp 8,93 triliun dan pendapatan bersih Rp 646 miliar. Sedangkan Ciptadana memiliki target pendapatan RALS lebih rendah di Rp 6,04 triliun dan pendapatan bersih Rp 635 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×