Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi global membuat lelang surat berharga syariah negara (SBSN) sepi peminat. Buktinya, dalam lelang yang digelar kemarin, penawaran lelang yang masuk hanya sebesar Rp 13,34 triliun. Angka ini jauh lebih mini dari lelang sebelumnya, yang mencapai Rp 20,14 triliun..
Mengutip data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, dari enam seri yang ditawarkan, pemerintah hanya memenangkan lima seri saja. Ini membuat nominal yang diserap pun menciut. Kini, pemerintah hanya menyerap Rp 8,48 triliun.
Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Nicodimus Anggi Kristiantoro mengatakan, penawaran yang masuk dalam lelang ini jadi yang terendah selama tahun ini. "Hanya oversubscribed 1,67 kali," kata dia, Selasa (20/2).
Rendahnya hasil lelang kali ini sejalan dengan kondisi pasar sekunder yang sedang tertekan. Bayang-bayang kenaikan inflasi Amerika Serikat (AS) dan ekspektasi kenaikan suku bunga AS yang lebih cepat masih menghantui.
Selain itu, tingginya permintaan yield dari peserta lelang membuat pemerintah lebih memilih menyerap dana sesuai target awal. Hal ini tercermin dari yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan mayoritas lebih tinggi dari pada yield wajar IBPA.
Seri tenor pendek masih jadi primadona. Sukuk negara seri SPNS07082018 yang jatuh tempo pada 7 Agustus 2018, mencatatkan penawaran terbanyak, mencapai Rp 6,96 triliun. Tapi pemerintah hanya menenangkan Rp 3 triliun dari seri sukuk ini.
Sukuk seri PBS016 menjadi seri yang paling banyak dimenangkan. Penawaran yang masuk pada sukuk bertenor dua tahun ini mencapai
Rp 4,94 triliun. Dari situ, pemerintah memenangkan penawaran hingga Rp 4,4 triliun. Pemerintah mematok imbal hasil seri sukuk ini 6,25%.
Dari seri bertenor panjang, seperti PBS004 dan PBS017, pemerintah masing-masing memenangkan penawaran senilai Rp 200 miliar dan Rp 195 miliar. Pemerintah memutuskan tak menyerap dana segar dari seri PBS012. Apalagi penawaran yang masuk untuk seri ini hanya Rp 152 miliar.
Nico memprediksi seri tenor pendek masih menjadi favorit. Karena kondisi likuidias dan supply demand fokus pada seri tenor pendek.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News