Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pada penutupan akhir pekan lalu, harga timah ditutup naik ke level tertingginya dalam sebelas bulan terakhir. Diduga kenaikan ini masih bisa berlanjut meski koreksi memang harus diwaspadai.
Mengutip Bloomberg, Jumat (4/3) harga timah kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange melesat 3,36% ke level US$ 17.025 per metrik ton. Harga ini pun sudah terbang 7,04% dalam sepekan terakhir.
Dipaparkan oleh Andri Hardianto, Research and Analyst PT Asia Tradepoint Futures memang saat ini harga timah sedang dibalut sentimen positif. Setelah pengurangan produksi oleh beberapa produsen termasuk oleh Indonesia, stok timah di LME pun menipis.
Tercatat hingga 1 Maret 2016 lalu, stok timah Februari 2016 menyusut 5,2% menjadi 3.655 metrik ton atau merupakan level terendahnya sejak November 2008 silam.
“Tentunya itu faktor yang positif bagi harga dengan adanya pengurangan pasokan yang tersedia,” kata Andri.
Apalagi memang suplai timah secara global per tahun hanya sekitar 360.000 metrik ton. Itu bukan jumlah yang besar, dengan adanya pengurangan stok saat ini suplai timah akan semakin ketat.=
Sementara saat ini permintaan timah kembali menggeliat. Salah satunya datang dari aktivitas industri elektronik di Kongo.
Meski belum didapatkan secara rinci berapa besar kenaikan permintaan dari Kongo, tapi di pasar saat ini faktor tersebut sudah mampu menopang kenaikan harga.
“Perkara pasokan yang berkurang dan permintaan yang masih terjaga akan menopang pergerakan harga,” tebak Andri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
