Reporter: Dupla Kartini | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Aksi ambil untung (profit taking) pelaku pasar memicu harga minyak mentah tergelincir di pasar Amerika Serikat, Senin (26/3). Meski demikian, ketegangan antara Saudi dan Iran masih menjaga harga minyak sehingga penurunannya terbatas.
Mengutip Bloomberg, Senin, harga minyak mentah Brent tergerus 33 sen atau 0,5% ke level US$ 70,12 per barel.
Pada saat yang sama, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) pengiriman Mei 2018 di Nymex ditutup turun 0,50% menjadi US$ 65,55 per barel. Penurunan harga WTI berlanjut di pasar Asia. Selasa (27/3) pukul 07.04, minyak WTI melemah tipis ke level US$ 65,54 sebarel.
Pelaku pasar merealisasikan keuntungan setelah komoditas energi melesat pekan lalu. Minyak Brent sudah naik 6,4% dan WTI naik 5,7% sepanjang pekan lalu. Ini kenaikan mingguan terbesar sejak Juli silam.
"Tidak terlihat ada bearish yang luar biasa di pasar saat ini. Saya pikir beberapa orang di sini hanya senang mengambil untung," kata Bob Yawger, Direktur energi berjangka di Mizuho, seperti dilansir Reuters, Senin.
Namun, Gene McGillian, manajer riset pasar di Tradition Energy menilai, pasar tertahan kembali setelah dorongan yang kuat pada pekan lalu. "Saya pikir level US$ 70 untuk Brent, US$ 67 untuk WTI, mulai memicu kekhawatiran terjadinya peningkatan produksi di AS," ujarnya.
Jumlah rig minyak aktif di AS naik ke level tertinggi tiga tahun pada pekan lalu. Ini menyiratkan akan terjadi kenaikan produksi lebih lanjut di masa mendatang.
“Dengan produksi minyak mentah AS kemungkinan akan mendekati 10,5 juta barel per hari dan produksi NGL (gas alam cair) juga meningkat dengan kuat, jelas ada peluang pertumbuhan pasokan di AS dari tahun ke tahun setidaknya akan menembus 2 juta bph selama bulan-bulan di musim panas,” tulis analis JBC.
Namun, sejauh ini, pasar masih menemukan dukungan dari meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Saudi menembak jatuh rudal balistik yang ditembakkan oleh milisi Houthi, Iran pada Minggu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News