Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
Prospek dan Rekomendasi
Lydia menuturkan, SMRA masih optimistis untuk mengejar target marketing sales pada tahun 2025 yang didukung dari penjualan di sembilan area township yang dimiliki.
Di pipeline, Summarecon masih mempunyai rencana untuk launching produk-produk baru hingga akhir tahun 2025. “Selain itu kami juga memiliki stock inventory yang siap untuk dijual,” imbuhnya.
Abida melihat, kinerja SMRA hingga tahun 2026 diproyeksikan akan membaik secara substansial melalui fenomena catch-up laba. Ini didorong oleh konversi unbilled revenue atau backlog sebesar Rp 3,8 triliun yang siap diakui sebagai pendapatan properti saat unit diserahterimakan.
Sentimen positif terkuat adalah perpanjangan insentif PPN DTP properti hingga 2026, yang akan menstimulasi penjualan dan mempercepat proses handover unit.
Ini disertai dengan keunggulan SMRA dalam melakukan diversifikasi township dan momentum penjualan yang solid.
Baca Juga: Insiden Grasberg Tekan Laba ANTM pada Kuartal III 2025, Begini Rekomendasi Sahamnya
“Sementara itu, sentimen negatif utama adalah risiko Biaya Keuangan yang tinggi akibat suku bunga persisten, yang dapat terus menekan laba bersih meskipun pendapatan melonjak,” katanya.
Valuasi saham SMRA saat ini, yang diperdagangkan pada rasio Price-to-Book Value (PBV) di level 0,55x, dinilai terlalu rendah dan di bawah nilai wajar yang seharusnya. Hal ini juga mencerminkan diskon substansial 50–60% terhadap Revalued Net Asset Value (RNAV).
“Valuasi yang tertekan ini merupakan cerminan dari laba bersih kuartal III 2025 yang terdistorsi oleh faktor akuntansi dan beban utang, padahal kinerja operasional (marketing sales) menunjukkan fundamental yang kuat,” ujarnya.
Abida pun merekomendasikan beli untuk SMRA dengan target harga Rp 800 per saham.
Baca Juga: Ultrajaya (ULTJ) Catat Kenaikan Laba 9,04% pada Kuartal III-2025, Simak Prospeknya
“Rekomendasi ini didasarkan pada investment thesis bahwa tahun 2026 akan menjadi periode normalisasi laba yang signifikan, didorong oleh konversi backlog pendapatan masif dan dukungan perpanjangan insentif PPN DTP properti,” tuturnya.
Head of Research Retail MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana melihat, pergerakan saham SMRA ada di level support Rp 378 per saham dan resistance Rp 390 per saham. Herditya pun masih merekomendasikan wait and see untuk saham SMRA.
Selanjutnya: Donald Trump Akan Hentikan Migrasi dari Negara Dunia Ketiga
Menarik Dibaca: 9 Daftar Promo Black Friday November 2025, Diskon Jumbo di Lotte Mall sampai Zalora
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













