Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli
Sementara itu, Presiden Direktur Bank CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan, pertumbuhan laba bersih bank yang mencapai 5,38% yoy disokong oleh berbagai faktor.
“Pertumbuhan laba di kontribusi dari berbagai faktor, selain pertumbuhan balance sheet baik loan yang didominasi oleh UKM & ritel yang memberikan margin yg bagus dan juga DPK yang tumbuh positif terutama CASA yg tumbuh 7,4%,” ungkap Lani kepada Kontan.
Lebih lanjut, Lani menyebut, upaya bank mencetak laba sejalan dengan sisi efisiensi yang juga terjaga dengan cost to income ratio (CIR) yg menurun di bawah 44% per Juni 2024, disertai dengan kualitas aset yang sangat baik, hal ini terlihat dari rasio NPL di level 2,1% per Juni 2024.
Di sisi lain, penurunan laba bersih PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) disebabkan oleh membengkaknya beban operasional bank serta penebalan dana pencadangan guna mengantisipasi risiko kredit yang akhirnya berpengaruh pada perolehan laba bersih bank
Baca Juga: Laba Bank Muamalat Anjlok 82% pada Semester I-2024
“Tantangannya bank secara umum tahun ini ada pada DPK dan cost of fund. Serta SRBI juga challanging,dimana itu juga menyedot juga likuiditas, sehingga kredit tumbuh tinggi namun DPK tumbuhnya lambat,” ungkap Muljono Tjandara Direktur Keuangan Danamon.
Sejalan dengan tantangan yang disebut Muljono sebelumnya, sejumlah bank juga mencatatkan pembengkakan beban bunga sehingga menyebabkan pendapatan bunga bersih hingga beban operasional menurun.
Tertinggi, ada Bank Mega yang mencatatkan beban operasional membengkak sebesar 139% yoy menjadi Rp 1,19 triliun. Penyebab meningkatnya beban tersebut disebabkan oleh beban bunga yang naik hingga kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment).
Di sisi lain penyaluran kredit Bank Mega menurun 12,25% yoy menjadi Rp 4,5 triliun. Alhasil ini turut menurunkan laba bersih Bank Mega sebesar 38,36% yoy menjadi Rp 1,23 triliun.