kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Kondisi sedang bergejolak, sejumlah perusahaan tetap terbitkan obligasi


Kamis, 19 Maret 2020 / 16:39 WIB
Kondisi sedang bergejolak, sejumlah perusahaan tetap terbitkan obligasi
ILUSTRASI. Obligasi. KONTAN/Muradi/2017/09/14


Reporter: Arvin Nugroho | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah kondisi pasar yang sedang bergejolak, instrumen obligasi masih tetap dipilih oleh sebagian korporasi. Terhitung sejak bulan Maret, setidaknya terdapat lima perusahaan yang telah menerbitkan obligasi.

Kelima perusahaan tersebut adalah Tower Bersama Infrastructure (TBIG), Astra Sedaya Finance, Barito Pacific (BRPT), Bank Victoria, dan Mandala Multifinance. Target dana yang ingin diraup oleh lima perusahaan tersebut mencapai Rp 18,5 triliun.

Baca Juga: Sarana Multigriya Finansial targetkan penerbitkan obligasi Rp 10 triliun tahun ini

Wahana Ottomitra Multiartha (WOM Finance) juga dikabarkan tengah melakukan persiapan untuk menerbitkan obligasi sebesar Rp 1 triliun.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto melihat prospek obligasi korporasi saat ini akan banyak dipengaruhi oleh suku bunga yang berubah. Suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) yang cukup tertekan tentu akan mempengaruhi yield SBN. Sehingga dengan tingginya suku bunga SBN akan berdampak pada cost of fund di pasar.

Sebagai informasi, Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) mencatat yield SBN seri FR0081 dengan tenor 5 tahun naik dari 6,69% menjadi 6,74% . Sedang yield seri FR0082 dengan tenor 10 tahun juga naik dari 7,48% menjadi 7,57%.

Bila dibandingkan dengan Januari dan Februari, cost of fund saat ini cukup tinggi. 

Ramdhan mengatakan tekanan yang dialami oleh pasar akibat virus korona membuat terjadinya koreksi yang signifikan. Apalagi dengan adanya panic-selling.

“Ini akan membuat cost of fund di pasar akan meningkat,” kata Ramdhan kepada Kontan.co.id, Rabu (18/3).

Ramdhan bilang, peningkatan cost of fund kemungkinan akan sedikit tertahan oleh ekspektasi pasar terhadap kebijakan Bank Indonesia. Pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang dijadwalkan berakhir pada Kamis (19/3), ada potensi BI akan kembali memangkas suku bunga. Mengingat, The Fed juga telah memangkas suku bunga.

Ramdhan menilai dengan menyebarnya virus corona di Indonesia berdampak secara signifikan pada terganggunya sektor industri dan finansial. Dengan risiko yang tinggi tersebut, pasar berekspektasi mengenai bunga yang lebih tinggi. Sehingga cost of fund dari penerbit akan lebih tinggi.

Baca Juga: BNI menyebut penjualan SR012 sudah 176% dari target

Melihat kondisi itu, Ramdhan melihat investor akan cenderung memilih korporasi yang memiliki obligasi dengan tenor yang pendek. Sehingga, korporasi yang menerbitkan obligasi dengan tenor jangka pendek akan lebih diminati oleh investor.

Dalam memilih obligasi, Ramdhan menyarankan agar investor mempertimbangkan rating dan historical dari korporasi penerbit obligasi di tengah kondisi pasar yang sedang bergejolak. Tak lupa, dari sektor industrinya juga patut dipertimbangkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×