kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kondisi eksternal goyahkan IHSG


Selasa, 14 Agustus 2018 / 06:50 WIB
Kondisi eksternal goyahkan IHSG
ILUSTRASI. IHSG Anjlok


Reporter: Dityasa H Forddanta, Yoliawan H | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tak mampu bertahan di atas level 6.000. Kemarin (13/8), dalam sekejap, indeks anjlok hingga 3,5% ke level 5.861,25.

Sentimen eksternal lagi-lagi menjadi biang keladinya. "Sentimen Turki dan The Fed," ujar Managing Director and Head of Equity Capital Market Samuel Internasional, Harry Su, Senin (13/8).

Namun, efek sentimen itu tak mengenai IHSG secara langsung. Kian memanasnya hubungan Amerika Serikat (AS) dan Turki menyebabkan mata uang lira tertekan. Sudah jatuh tertimpa tangga, defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) Turki mencapai lebih dari 5%.

Krisis yang terjadi di Turki turut menimbulkan riak di pasar mata uang emerging market, salah satunya rupiah. Kemarin, mata uang garuda menembus level Rp 14.600 per dollar Amerika Serikat (AS).

Itu bukan satu-satunya sentimen negatif. Pasar masih dihantui kenaikan lanjutan suku bunga acuan The Fed.

Dari dalam negeri, defisit neraca transaksi berjalan masih menjadi pertimbangan pelaku pasar. Analis Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar bilang, kondisi Turki memang berbeda dengan kondisi Indonesia. Tapi, keduanya punya sedikit keterkaitan.

Misalnya level CAD Turki saat ini berada dalam kondisi krisis. Sedangkan, CAD Indonesia sekarang 2,7%, mendekati ambang batas aman 3%. "Memang jauh, kita masih di bawah 3%, tapi tak bisa dipungkiri itu jadi perhatian pelaku pasar," imbuh William.

Depresiasi kurs membuat dana asing, terutama di pasar obligasi, lari ke luar. Keluarnya dana asing itu juga memberikan tekanan terhadap IHSG. Kemarin, investor asing mencatat penjualan bersih alias net sell Rp 646,88 miliar.

Tak revisi target

Anjloknya IHSG bukan berarti merupakan sinyal buruk hingga akhir tahun ini. Analis kompak mempertahankan target IHSG.

Harry mempertahankan target IHSG di level 6.000 hingga akhir 2018. "Kuncinya, kondisi politik," ucap dia.

Jika kondisi politik tidak memanas, bisa memberikan sentimen positif. "Mungkin akan positif kalau incumbent menang karena pemerintah bisa ambil kebijakan, misalnya menaikkan harga BBM. Bensin kita impor, kalau dinaikkan, CAD bisa membaik," jelas Harry.

Setali tiga uang, William mempertahankan target IHSG, bahkan optimistis menyentuh 6.700. Kuncinya, angka pertumbuhan ekonomi yang sudah mendekati level 5,3%.

William tak menampik, momen lebaran dan gaji ke-13 beberapa waktu lalu membuat pertumbuhan ekonomi mencapai 5,27%. Tapi, jangan lupakan momen Asian Games. "Diperkirakan satu peserta Asian Games membelanjakan US$ 2.000 selama momen itu," kata dia. Jadi, bakal ada perputaran uang triliunan rupiah selama hajatan itu.

Jelang akhir tahun, ada momen lain yang bisa memberikan dampak serupa, yakni pertemuan IMF di Bali. Belum lagi efek momen Natal dan tahun baru. Dengan kata lain, kondisi perekonomian kuartal III dan IV masih prospektif. Bahkan, tak menutup kemungkinan target pertumbuhan ekonomi 5,3% tercapai.

Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri, juga masih mempertahankan target IHSG 6.200. "Tapi, jika koreksi hingga September, kemungkinan IHSG menyentuh level 5.700," pungkas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×