kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Emisi IPO meningkat meski pasar volatil


Selasa, 14 Agustus 2018 / 06:36 WIB
Emisi IPO meningkat meski pasar volatil
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Anna Maria Anggita Risang, Intan Nirmala Sari | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski pasar volatil, niat perusahaan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) tak lantas surut. Ini tercermin dari data statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mencatat, nilai emisi initial public offering (IPO) per Juli 2018 mencapai Rp 11,97 triliun. Jumlahnya lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu Rp 9,60 triliun.

Jumlah emiten pendatang baru per Juli 2018 sekitar 30 emiten. Angka itu mendekati jumlah emiten baru sepanjang tahun lalu, yakni 38 emiten. Dalam pipeline BEI terbaru, masih ada sekitar 17 emiten yang mengantre IPO.

Analis Semesta Indovest Sekuritas Aditya Perdana Putra menilai, emisi yang tinggi ini karena sektor emiten juga beragam. Salah satunya batubara yang tidak terdampak penurunan IHSG dan secara umum menarik.

Menurut Aditya, di tengah kondisi pasar volatil, peluang bagi perusahaan untuk IPO, tetap menarik. Terlebih, ke depan, suku bunga akan cenderung tinggi. "Mumpung suku bunga belum naik lebih tinggi, cukup bagus untuk IPO dan ekspansi tahun ini. Sebab, IPO saat bunga lebih tinggi, risikonya lebih besar," papar Aditya, Senin (13/8).

Pasar optimistis

William Hartanto, analis Panin Sekuritas, menyebut, pelaku pasar cenderung memanfaatkan tren lonjakan harga saham IPO hingga di atas 100%. Ini setidaknya menjadi pemanis di pasar, meskipun tren melemah.

Perusahaan yang akan IPO tentu mengetahui historikal ini, sehingga kebanyakan tetap menjalankan IPO meski kondisi pasar tidak stabil. "Karena dalam kondisi pasar terburuk pun, masih tetap akan naik di hari pertama," kata William, Senin (13/8).

Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan melihat, segmen usaha perusahaan yang IPO cukup beragam. Seperti bank syariah, sektor jasa kesehatan, properti, industri kreatif dan industri film. Kondisi ini menggambarkan adanya optimisme industri terhadap kondisi ekonomi domestik.

Tahun ini, pasar saham masih dibayangi pelemahan daya beli, persiapan pemilu 2019 dan perang dagang. Namun, juga ada optimisme terhadap kondisi ekonomi Indonesia. Itu sebabnya, emisi IPO tahun ini lebih tinggi dibanding tahun lalu. "Kualitas saham IPO tahun ini juga cukup baik, walaupun tidak ada IPO dengan nilai raksasa," kata Valdy, Senin (13/8).

Secara umum, kata William, pergerakan harga saham-saham IPO tahun ini cukup bagus. Tapi, ada pula yang kinerja sahamnya sangat buruk, sampai turun jauh di bawah harga IPO.

Menurut dia, saham yang turun tajam, lantaran pelaku pasar memanfaatkan momentum jangka pendek saja. Bahkan beberapa saham langsung dilepas oleh underwriter setelah naik lebih dari dua kali lipat harga IPO.

Meski terjadi peningkatan jumlah emisi IPO, Aditya menilai, dampaknya belum akan menghasilkan return yang bagus pada IHSG. Sebab, pasar saham masih cenderung tertekan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×