Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Titis Nurdiana
Di Singapuralah, pandangan Kris terhadap bisnis kian terbuka. Kris banyak menggeluti industri pendukung migas di United Motor Works.
Suami Elizabeth Wiluan ini bercerita, awalnya, ia melihat Indonesia hanya menjadi penonton perkembangan bisnis logistik migas Singapura. Ironisnya, bahan bakunya dari Indonesia. Berpijak dari keprihatinan itu, Kris banyak bertukar pikiran dengan Pertamina, terutama soal kemungkinan pengalihan logistik migas ke Batam.
“Saya malah ditantang balik, berani apa tidak?” kata ayah Angeline, Michael, dan Richard Wiluan ini.
Pada 1976, Kris banting setir ke bisnis forwarder alat migas lewat PT Citra Pembina Pengangkutan Indonesia. Masuk bisnis pipa Ketika usahanya tumbuh, Kris mulai masuk ke bisnis jasa perbaikan alat migas.
Melihat permintaan pipa cukup banyak, ia juga berniat memproduksi pipa. Demi mengetahui lebih mendalam soal bisnis pipa, kakek lima orang cucu ini pergi ke AS untuk belajar di sebuah pabrik pipa skala besar yang selama ini menjadi kliennya.
Sayang, Kris tidak mendapatkan apa-apa karena perusahaan itu emoh berbagi ilmu. Tapi, ia ketemu Herbert Brandana, pemilik perusahaan pipa yang tak keberatan membagikan ilmunya.
Baca Juga: Citra Tubindo berharap dari mandatori produk lokal
Sejak itu, Herbert menjadi salah satu profesional yang mengikuti perjalanan bisnis Kris selama 25 tahun. “Dia guru terbaik saya dan dia mengakhiri masa pensiunnya di perusahaan saya,” ujar Kris kepada KONTAN.
Pada tahun 1983, Kris mulai mendirikan PT Citra Tubindo yang di kemudian hari menjadi induk usaha lini bisnis pendukung migas di bawah Citra Agramasinti.