Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Koreksi pasar modal yang terjadi sebulan terakhir memaksa manajer investasi (MI) meracik strategi portofolio baru agar imbal hasil reksadana tetap optimal. Sejumlah manajer investasi memilih menerapkan strategi defensif pada portofolio reksadana.
Salah satu manajer investasi yang menerapkan strategi tersebut adalah PT Panin Asset Management. Direktur PAM Ridwan Soetedja melihat, laju perekonomian nasional pada kuartal II-2015 masih melambat, sama seperti kuartal sebelumnya. "Kami melihat kuartal II ini masih berat," ungkap Ridwan.
Maka ia menilai, strategi portofolio reksadana Panin Asset Management yang tepat dalam kondisi saat ini adalah defensif dengan meningkatkan porsi efek pasar uang. Untuk reksadana saham, porsi efek ini naik menjadi di atas 10%. "Sebelumnya saat agresif, porsinya selalu di bawah 10%," tambah Ridwan.
Hal serupa juga dilakukan oleh PT First State Investment Indonesia. Distribution Channel Manager FSI Tandy Cahyadi mengatakan bahwa portofolio seluruh reksadana FSI saat ini cenderung defensif. Ia juga memandang, kondisi domestik maupun global sedang tidak mendukung iklim investasi.
Dari domestik, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I masih kurang memuaskan. "Kami percaya, di semester II-2015 keadaan akan membaik, tapi melihat kondisi sekarang kami masih cenderung berhati-hati dalam pengelolaan portofolio reksadana kami," tutur Tandy.
Sedangkan dari sisi global, ada risiko soal ketidakpastian terkait persoalan utang Yunani. Hingga saat ini, belum ada kesepakatan antara Yunani dan para kreditur terkait kelanjutan dana talangan untuk negara tersebut.
Kendati bersikap defensif, Tandy bilang, reksadana First State tidak mengurangi porsi efek saham, yakni tetap dipertahankan di atas 90%. "Yang kami maksud defensif adalah dalam pemilihan sahamnya. Kami cenderung lebih suka saham-saham blue chip," ujar Tandy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News