Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Koreksi pasar modal dalam sebulan terakhir membuat manajer investasi (MI) mencari cara mengoptimalkan imbal hasil maupun setidaknya mereduksi risiko. Sejumlah MI menerapkan strategi defensif pada portofolio reksadana
Bagi sejumlah MI strategi ini dipandang paling tepat untuk mengurangi tingkat risiko fluktuasi gejolak pasar modal saat ini. PT Panin Asset Management (PAM) misalnya masih bersifat defensif untuk mengurangi tingkat risiko kinerja reksadana.
Direktur PAM Ridwan Soetedja memprediksi laju ekonomi pada kuartal II ini masih mencerminkan perlambatan ekonomi pada kuartal I kemarin. “Kami lihat kuartal II ini masih berat,” paparnya.
Maka menurutnya saat ini strategi portofolio reksadana PAM tengah defensif dengan meningkatkan porsi efek pasar uang. Pada reksadana saham misalnya porsi efek ini naik menjadi di atas 10%. “Sebelumnya saat agresif porsi selalu di bawah 10%,” tambah Ridwan.
Hal serupa juga dilakukan PT First State Investment Indonesia (FSI). Distribution Channel Manager FSI Tandy Cahyadi mengatakan portofolio seluruh reksadana FSI saat ini cenderung defensif. Menurutnya saat ini kondisi domestik maupun global sedang tidak mendukung pada iklim investasi.
Menurutnya dari segi global ada risiko soal ketidakpastian terkait masalah Yunani. Sedangkan dari segi domestik masih soal pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I kemarin yang menurut Tandy masih kurang memuaskan.
“Kami percaya bahwa untuk semester II-2015 keadaan akan membaik, namun melihat kondisi sekarang kami masih cenderung berhati-hati dulu dalam pengelolaan portofolio reksadana kami,” tutur Tandy.
Hanya ia mengatakan meski bersikap defensif, reksadana FSI tidak mengurangi porsi efek saham. “Porsi efek saham tetap di atas 90%. Yang kami maksud defensif adalah dalam pemilihan sahamnya. Kami cenderung lebih suka saham-saham blue chip,” tambah Tandy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News