kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja bulanan reksadana jeblok


Rabu, 24 Juni 2015 / 07:34 WIB
Kinerja bulanan reksadana jeblok


Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Yudho Winarto

JAKARta. Koreksi pasar modal tak pelak merontokkan kinerja reksadana. Mayoritas imbal hasil (return) bulanan reksadana jeblok. Hanya, reksadana pasar uang yang masih menorehkan hasil positif.

Infovesta Utama mencatat, periode 22 Mei-22 Juni 2015,   reksadana jenis saham, pendapatan tetap dan campuran membukukan rata-rata return negatif. Kinerja terburuk dialami reksadana saham, yaitu minus 7,62%. Satu-satunya yang meraih return positif, yaitu reksadana pasar uang sebesar 0,4% (lihat tabel).

Direktur Utama PT Sinarmas Asset Management Hermawan Hosein menuturkan, saat ini, manajer investasi (MI) sejatinya berpeluang mengambil peluang mengoleksi aset dasar saat harga murah. "Tapi, faktanya, saat ini MI justru kesulitan memilih aset dasar untuk segala jenis reksadana," ungkapnya, Selasa (23/6).

Kata Hermawan, setidaknya ada dua faktor penghambat MI dalam memilih aset dasar. Pertama, perlambatan ekonomi domestik menyebabkan pasar modal ikut terkoreksi.

Kedua,  perubahan kebijakan pemerintah berimbas pada kondisi ekonomi. Regulasi pemerintah, seperti perubahan kebijakan pajak menyebabkan laju perekonomian berubah-ubah, sehingga berdampak pada pasar modal. "Kami sebagai MI jadi sulit memilih aset dasar yang tepat. Makanya, hingga kini kinerja reksadana mayoritas masih negatif," klaim Hermawan.

Lanjutnya, kinerja pasar uang masing lebih bagus, karena aset dasarnya diputar pada instrumen seperti deposito yang tidak fluktuatif.

Head of Operation and Business Development Panin Asset Management, Rudiyanto sependapat, saat pasar koreksi merupakan peluang bagi MI mengoleksi aset dasar yang harganya murah.

Ia meyakini, MI sebenarnya punya andalan aset dasar yang diyakini akan naik mengacu riset fundamental. Misalnya, sejumlah saham andalan yang berfundamental bagus. Sekarang, harganya sudah murah, sehingga tentu harganya akan naik lagi.  Tapi "Masalahnya, kami  tidak mengetahui kapan momentum kenaikan akan terjadi. Bisa dibilang minim katalis positif yang dapat menyulut momentum kenaikan pasar,” papar Rudiyanto.

Masuk bertahap

Hermawan masih berharap kinerja pasar saham berangsur pulih pada sisa tahun 2015 ini. Optimisme itu dengan skenario terealisasinya target pertumbuhan ekonomi akhir tahun ini.

Ia memproyeksi, pada akhir 2015, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa kembali naik ke level 5.450.

Syuhada Arief, Portfolio Manager-Fixed Income PT Manulife Aset Manajement Indonesia juga meyakini, pasar obligasi Indonesia masih berpotensi naik. Katanya, ada tiga faktor positif yang bisa menyokong pasar obligasi. Pertama, peluang kenaikan peringkat utang Indonesia menjadi investment grade dalam 12 bulan ke depan.

Kedua adalah rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed)  pada kuartal IV sudah semakin jelas.

Walhasil, “Ini memberi ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk melakukan pelonggaran kebijakan moneter guna membantu percepatan pertumbuhan ekonomi,” papar Syuhada.

Ketiga, minimnya pasokan Surat Utang Negara (SUN) baru pada semester II nanti akibat berakhirnya masa front loading penerbitan SUN.

Hermawan menyarankan, investor masuk bertahap ke reksadana saham agar mendapat imbal hasil lumayan pada akhir tahun ini

Sementara, Rudiyanto menyarankan investor tetap berpegang pada pola investasi awal. Bukan terpaku pada kondisi pasar modal. "Jika investasi investor sedang merugi, jangan langsung memindahkan aset ke instrumen lain, karena intinya tetap merugi. Lebih baik tetap fokus pada tujuan investasi,” sarannya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×