Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) pada tahun ini kembali menjadikan pengembangan segmen mobile, khususnya 4G sebagai fokus perusahaan. Bahkan, TLKM telah menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar 25% dari target pendapatan tahun ini untuk rencana tersebut.
“Sejalan dengan perkiraan kami, TLKM tetap fokus pada ekspansi capex dan investasi 4G seiring dengan meningkatnya kebutuhan data di jaringan ini. Permintaan data diperkirakan meningkat 18% dan 22% masing-masing untuk tahun ini dan tahun depan,” kata analis Mirae Asset Sekuritas Lee Young Jun dalam risetnya pada 1 Desember 2020.
Namun, tak bisa dipungkiri, kue kenaikan permintaan tersebut memang masih harus dibagi dengan operator lain. Namun, dengan adanya pembatasan batas atas dan bawah tarif operator dalam omnibus law dinilai akan menguntungkan TLKM.
Jika pembatasan ini diberlakukan, Lee melihat pilihan untuk layanan brand premium dan non-premium menjadi lebih mudah. Hal ini pada akhirnya akan menguntung TLKM.
Sementara analis BRI Danareksa Sekuritas Niko Margonis dalam risetnya pada 13 Januari 2021 menuliskan, bisnis Telkomsel di luar segmen mobile juga berpotensi mengalami pertumbuhan yang baik pada tahun ini. Salah satunya adalah pada produk telekomunikasi yang ke depan akan semakin atrktif.
Baca Juga: Mampu jaga margin laba di atas 15%, prospek Telkom (TLKM) ke depan tetap menarik
“Kami melihat, Singtel akan membuat penawaran dengan mengadopsi langkah yang lebih kasual pada segmen game dengan “Storms” sebagai penerbit game yang punya superapp. Diharapkan, langkah ini akan segera diluncurkan di Indonesia dalam beberapa bulan ke depan melalui Telkomsel,” tulis Niko dalam risetnya
Niko juga bilang, TLKM berhasil memulihkan kinerja pada segmen enterprise di kuartal III-2020 dan berpotensi mencatatkan pertumbuhan high single digit pada tahun ini. Pertumbuhan ini nantinya akan disokong oleh layanan seperti keamanan, cloud dan pusat data. Ia menilai, langkah ini jauh lebih efektif ketimbang model sebelumnya yang bergantung pada penjualan merchandise.
TLKM juga menambah portofolio layanannya di luar Indihome lewat layanan yang disebut Orbit. Saat ini, Orbit memang masih dalam tahap awal mendapatkan pelanggan, dan Niko menilai ini akan melengkapi layanan TLKM. Walaupun harga ARPU Orbit lebih mahal dari Telkomsel, namun harganya tetap lebih murah dibanding ARPU Indihome. Sehingga ini pada akhirnya akan semakin menjangkau seluruh segmen yang ada
“Apalagi TLKM juga akan diuntungkan dengan prospek Mitratel setelah berhasil menambah jumlah menara dengan mengakuisisi menara dari Tsel. Selain itu, langkah Telkom untuk membuat Mitratel melantai di bursa pada kuartal IV-2021 atau awal 2022 akan membuka beberapa valuasi yang lebih tinggi dari harga Telkom saat ini,” imbuh Niko.
Niko memproyeksikan pendapatan TLKM pada tahun 2020 dan 2021 masing-masing sebesar Rp 134,93 triliun dan Rp 142,54 triliun. Adapun, untuk laba bersih TLKM akan sebesar Rp 20,66 triliun pada 2020 dan Rp 24,51 pada 2021.
Sementara Lee memprediksikan pendapatan TLKM tahun ini sekitar Rp 143,94 triliun. Estimasi ini naik sekitar 6% dibanding perkiraan pendapatan tahun lalu, Rp 135,57 triliun. Sementara untuk laba bersih, Lee memproyeksikan akan naik dari Rp 18,76 triliun menjadi Rp 20,51 triliun.
Lee memberikan rekomendasi buy saham TLKM dengan target harga Rp 5.100 per saham. Sedangkan Niko juga memberi rekomendasi buy dengan target harga Rp 4.600 per saham.
Adapun saham TLKM pada perdagangan Kamis (4/3) ditutup melemah 2,33% ke Rp 3.360 per saham.
Selanjutnya: Asing buru saham BBCA, BBRI dan TLKM, IHSG parkir di zona hijau, Rabu (3/3)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News