Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja emiten-emiten di sektor telekomunikasi masih akan tertekan oleh penurunan konsumsi masyarakat, meski strategi baru mulai diterapkan. Di tengah persaingan tarif data, segmen fiber to the home (FTTH) diharapkan dapat membantu sektor ini bertahan.
Tiga pemain utama sektor telekomunikasi, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), PT Indosat Tbk (ISAT), dan PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk (EXCL) kompak menerapkan strategi baru untuk meningkatkan pendapatannya, yakni dengan menaikkan harga kartu perdana agar pengguna lebih sering mengisi ulang data.
Namun, Analis Indo Premier Sekuritas Aurelia Barus dan Belva Monica menilai strategi ini tidak cukup memberikan dampak positif terhadap kinerja perseroan setidaknya hingga kuartal II tahun 2025 mendatang.
Baca Juga: Bagaimana Persaingan Bisnis Telekomunikasi Usai XLSmart (EXCL) Hadir?
“Meskipun ada kenaikan harga, kami menilai potensi dampaknya terhadap prospek yield data secara keseluruhan untuk (proyeksi) kuartal II-2025 masih belum pasti. Jika kartu perdana berharga murah dengan bonus data rendah masih tersedia di pasar, dampaknya terhadap yield data hingga akhir tahun 2025 kemungkinan tetap terbatas,” sebut Aurelia dan Belva dalam riset 17 April 2025.
Kendati begitu, momentum hari raya bisa menjadi katalis positif, mengingat strategi baru ini diterapkan per Maret 2025. Menurut Aurelia dan Belva, trafik data pada kuartal I bisa mencapai 25%–25,4% dari total keseluruhan tahun 2025. Itu lebih tinggi dibanding rata-rata tiga tahun terakhir, yakni sebatas 23,5%–23,8%.
Di luar itu, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisory Ekky Topan menyebut sektor telekomunikasi secara keseluruhan memang masih akan dihadapkan pada dua tantangan utama.
Pertama, soal perang harga. Kata Ekky, adu harga murah antar operator dapat menekan margin keuntungan secara berkelanjutan. Pasalnya, operator-operator terpaksa menurunkan tarif demi mempertahankan atau bahkan merebut pangsa pasar.
Kedua, soal beban biaya modal peluncuran jaringan 5G. “Mulai dari perolehan spektrum hingga upgrade infrastruktur backhaul, dapat menambah beban keuangan jika tidak diimbangi dengan peningkatan rata-rata pendapatan per unit atau average revenue per unit (ARPU) dan efisiensi operasional,” kata Ekky kepada Kontan.co.id, Kamis (17/4).
Baca Juga: Penurunan Daya Beli Bayangi Emiten Telekomunikasi, Cek Rekomendasi Analis
Kendati begitu, sektor telekomunikasi masih memiliki harapan pada segmen fiber to the home ( FTTH). Menurut proyeksi Aurelia dan Belva, TLKM mampu mencapai ekspektasi pertumbuhan bersih pelanggan FTTH pada kuartal I FY25 ini. Begitupun dengan EXCL, ARPU FTTH perseroan diprediksi akan sesuai ekspektasi.
Namun, Aurelia dan Belva masih mempertahankan rating netral untuk sektor telekomunikasi. Mereka menyebut ISAT sebagai saham unggulan dengan prospek pertumbuhannya yang jelas.
Sementara Ekky menilai sektor ini masih cukup menarik di tengah harga saham yang sudah murah. Ia memproyeksikan target harga EXCL di level Rp 2.300 per saham dengan peluang naik ke Rp 2.400 jika rebound data dan bundling terjadi.
Lalu untuk TLKM, Ekky memprediksi target harga di level Rp 2.700 per saham dengan peluang naik ke Rp 3.000 jika momentum bullish berlanjut. Untuk ISAT, target harganya di level Rp 2.000 per saham dengan peluang naik ke Rp 2.400.
Selanjutnya: Adhi Karya (ADHI) Bukukan Nilai Kontrak Baru Rp 2 Triliun per Kuartal I 2025
Menarik Dibaca: Harga Samsung S23 Terbaru di April 2025, Temukan Informasinya di Sini!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News