kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.908.000   -6.000   -0,31%
  • USD/IDR 16.313   10,00   0,06%
  • IDX 7.192   51,54   0,72%
  • KOMPAS100 1.027   0,61   0,06%
  • LQ45 779   -0,14   -0,02%
  • ISSI 237   2,91   1,24%
  • IDX30 402   -0,27   -0,07%
  • IDXHIDIV20 464   1,04   0,22%
  • IDX80 116   0,22   0,19%
  • IDXV30 118   1,12   0,95%
  • IDXQ30 128   -0,16   -0,12%

Kinerja Pasar Obligasi Semakin Solid, Banyak Katalis Pendorong di Semester ll-2025


Selasa, 15 Juli 2025 / 20:27 WIB
Kinerja Pasar Obligasi Semakin Solid, Banyak Katalis Pendorong di Semester ll-2025
ILUSTRASI. Pasar obligasi domestik menunjukkan performa kinerja yang solid sepanjang paruh pertama 2025 dan awal paruh kedua tahun ini.


Reporter: Melysa Anggreni | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pasar obligasi domestik menunjukkan performa kinerja yang solid sepanjang paruh pertama 2025 dan awal paruh kedua tahun ini. Per 11 Juli 2025, arus modal asing tercatat masuk Rp 17,2 triliun dalam sebulan terakhir. Tidak hanya itu, secara year to date (ytd) nett buy asing sudah mencapai Rp 70 triliun.

Rully Arya Wisnubroto, Head of Research & Chief Economist Mirae Asset memandang, kenaikan ini didorong oleh aksi pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) di semester l-2025 dan ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan Federal Reserve (the Fed) pada paruh kedua tahun ini.

Sebagai informasi, BI telah melakukan pemangkasan suku bunga sebanyak dua kali, yaitu pada Januari dan Mei 2025. "Sementara federal fund rate (FFR) kemungkinan akan mulai dipangkas pada September dan Desember mendatang dan sebanyak dua kali di tahun ini," kata Rully dalam acara Media Day yang bertemakan "Fixed Income Fund: A Smart Move Amid Economic Volatility" pada Selasa (15/7).

Baca Juga: Penerbitan Obligasi Korporasi Diprediksi Marak, Ini Sentimen yang Perlu Dicermati

Meski begitu, Rully memperkirakan BI-Rate masih akan ditahan pada level 5,5% hingga akhir tahun sambil menunggu adjustment perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit.

"Perkiraannya likuiditas perbanakan akan lebih longgar di semster ll-2025, hal ini nantinya dapat mendorong kenaikan harga obligasi dan penurunan yield.

Rully menyoroti, korelasi menarik lainnya terjadi antara sikap the Fed yang cenderung less agressive dan nilai tukar dolar yang justru menunjukkan pergerakan kontras, dimana dolar justru melemah. Hal ini menjadikan mata uang lainnya seperti rupiah terangkat. "Meski penguatan ini tidak sepenuhnya didukung oleh fundamental domestik, tetapi rupiah saat ini berada dikisaran yang stabil, yang pada gilirannya bekontribusi dalam meningkatkan daya tarik pasar obligasi domestik," jelas Rully.

Menurut Rully, tahun ini merupakan momentum bagi pasar obligasi ketimbang pasar saham. Alih-alih pasar saham justru mencatatkan outflow sebesar Rp 57,9 triliun secara ytd. Hal ini sebagai dampak dari volatilitas dan ketidakpastian yang tinggi, dan pasar saham cenderung sensitif dengan berbagai dinamika makroekonomi global. "Jadi memang outflow di bursa masih bisa ditahan dengan inflow di pasar obligasi," tutur Rully.

Dengan inflow asing yang cukup deras, minat investor terhadap tenor pendek cenderung menurun dan meningkat pada jangka panjang. Hal ini terlihat dari aliran dana asing yang masuk ke tenor jangka panjang gabungan dalam tenor lebih dari 5 tahun sebanyak Rp 59,8 triliun, didorong oleh investor yang menginginkan carry lebih tinggi atau berencana menahan hingga jatuh tempi ditengah meredanya tekanan imbal hasil obligasi.

"Sementara arus keluar di tenor pendek menunjukkan sikap investor yang cenderung mengurangi eksposur ke aset berisiko, serta mencerminkan ketidakpastian seputar arah kebijakan BI dan risiko global seperti ketegangan tarif," terang Rully.

Lolita Liliana, Head of Investment Specialist & Product Development Sucor Asset Management bilang, pola investasi investor Indonesia saat ini cenderung tidak menyukai volatilitas tinggi, dan obligasi merupakan salah satu instrumen investasi yang cenderung lebih rendah risiko dibanding dengan saham.

Baca Juga: Proyeksi Tren Positif Obligasi Berlanjut, Simak Strategi Panin Asset Management

Lolita menjelaskan, sebelumnya minat investor banyak terfokus pada SRBI, namun tren tersebut berbalik dalam setahun terakhir, dimana minat investor kini beralih ke SBN.

"Dengan minat investor yang tinggi, saya kira prospek obligasi domestik masih akan positif ke depan," ujar Lolita dalam acara Media Day yang bertemakan "Fixed Income Fund: A Smart Move Amid Economic Volatility" pada Selasa (15/7).

Dalam pemaparannya, Rully melanjutkan, yield SBN tenor 10 tahun kemungkinan akan berada di kisaran 6,76% pada tahun fiskal 2025, 6,50% pada tahun fiskal 2026, dan 6,45% pada tahun fiskal 2027.

"Hal ini sebagai dampak dari kebijakan BI yang pro-stabilitas dengan memangkas suku bung acuan, karena seperti yang diketahui bahwa efek dari penurunan BI-Rate memang baru akan terasa dalam jangka panjang," tutup Rully.

Selanjutnya: Saham Sinar Eka Selaras (ERAL) Naik Didukung Kinerja dan Ekspansi

Menarik Dibaca: 4 Zodiak Paling Open Minded, Tidak Takut Mencoba Hal Baru!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×