kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja Matahari Departemen Store (LPPF) tersengat corona, ini rekomendasi analis


Selasa, 28 April 2020 / 20:07 WIB
Kinerja Matahari Departemen Store (LPPF) tersengat corona, ini rekomendasi analis
ILUSTRASI. Suasana di Matahari Departemen Store (LPPF). KONTAN/Baihaki/26/1/2015


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. PT Matahari Departemen Store Tbk (LPPF) akan mengalami tantangan berat di tahun ini. Penjualan LPPF berpotensi menurun di tengah ketatnya persaingan jual beli online (daring). Belum lagi, pandemi corona juga turut mengganggu operasional gerai.

Di sepanjang 2019 pertumbuhan rata-rata penjualan tiap toko (same store sales growth/SSSG) LPPF di Indonesia anjlok ke 0% dari 3,5% di tahun sebelumnya. Belum sempat menggenjot penjualan, kini LPPF sudah menerima tekanan baru dengan mayoritas gerai yang tutup akibat pandemi corona.

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony mengatakan, kinerja LPPF sangat bergantung pada jangka waktu penerapan Pembatasan sosial berskala Besar (PSBB). Selama gerai tutup pejualan tentu akan berkurang padahal biasanya saat Lebaran pendapatan LPPF justru melonjak. Alhasil, Chris memproyeksikan kinerja LPPF di tahun ini berpotensi turun hingga 50%.

Baca Juga: Sektor ritel tertekan, simak rekomendasi saham pilihan berikut

Analis Ciptadana Sekuritas Asia Robert Sebastian menambahkan, usaha LPPF untuk menggenjot pertumbuhan kinerja memang berat. Di luar sentimen pandemi corona, Robert menilai LPPF cukup tertekan dengan persaingan belanja online dan ritel lain.

"Pun, tidak ada corona kami memprediksi pendapatan LPPF di tahun ini akan sedikit menurun, dengan adanya corona penurunan pendapatan bisa lebih dalam lagi," kata Robert, Selasa (28/4). Di tahun ini Robert memproyeksikan laba bersih LPPF berpotensi turun 20%.

Senada, Analis J.P. Mogran, Benny Kurniawan juga belum melihat ada tanda-tanda pemulihan SSSG karena persaingan dengan ritel online akan tetap kuat.

Menurut Chris, untuk menyelamatkan kinerja, LPPF harus mampu beradaptasi dengan pasar baru yang serba online. "Harus ada strategi buat pelanggan LPPF tetap berbelanja di mataharimall.com, LPPF mulai harus beralih ke online yang operasionalnya pun tidak besar," kata Chris.

Sejak awal tahun hingga Selasa (28/4), harga saham LPPF menurun 70% jadi di Rp 1.245. LPPF cukup rajin melakukan aksi buyback. Terakhir, LPPF melakukan buyback saham sebanyak 87,52 juta saham dengan dana yang digunakan Rp 371, 26 miliar dan rata-rata harga saham Rp 4.234.

Baca Juga: Kinerja melempem, simak rekomendasi analis untuk saham LPPF

Namun, menurut Chris butuh komitmen pemilik untuk buyback dalam jumlah besar bila ingin menyelamatkan kemerosotan harga saham.

"Secara kepemilikan dari PT Multipolar masih tergolong kecil, jika porsi masyarakat lebih banyak maka kemungkinan besar harga saham LPPF akan tetap berada di area saat ini," kata Chris. Senada, Robert juga mengatakan buyback belum bisa menyelamatkan penurunan harga saham saat ini.

Akibat pandemi corona, demi menjaga efisiensi keuangan, LPPF memutuskan untuk membatalkan pembagian dividen tahun ini. Selain itu, LPPF juga akan mengkaji seluruh beban usaha yang tidak esensial guna menekan biaya secara besar-besaran. Penundaan membuka gerai baru juga LPPF lakukan. Sebelumnya, LPPF berencana untuk membuka 4-6 gerai baru di tahun ini.

Baca Juga: Kinerja Matahari Departemen Store (LPPF) belum sesuai harapan, ini rekomendasi analis

Jika pandemi korona berhasil mereda di tahun ini, Robert memproyeksikan kinerja LPPF di tahun ini akan tetap terkoreksi. Sementara, kinerja di 2021 akan meningkat atau normal kembali seperti sebelum terjadi pandemi korona. Namun, di 2022 Robert memproyeksikan kinerja LPPF cenderung flat.

Robert menyarankan investor jadikan LPPF sebagai saham untuk trading dalam jangka waktu cepat. "Main di valuasi saja, ketika murah beli, ketika naik, jual," kata Robert.

Sementara, Chris merekomendasikan buy on weakness dengan target di area Rp 1.100-Rp 1.200 dengan target Rp 1.400-Rp1.500. Sedangkan Benny merekomendasikan underweight di target harga Rp 2.870 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×