kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.564.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 16.305   -35,00   -0,22%
  • IDX 7.080   122,90   1,77%
  • KOMPAS100 1.053   23,69   2,30%
  • LQ45 827   25,88   3,23%
  • ISSI 213   1,79   0,85%
  • IDX30 425   13,62   3,31%
  • IDXHIDIV20 508   17,23   3,51%
  • IDX80 120   2,84   2,41%
  • IDXV30 124   2,46   2,02%
  • IDXQ30 140   4,41   3,25%

Kinerja Komoditas Energi : Harga Minyak & Gas Alam Menguat, Batubara Masih Tertekan


Rabu, 15 Januari 2025 / 20:32 WIB
Kinerja Komoditas Energi : Harga Minyak & Gas Alam Menguat, Batubara Masih Tertekan
ILUSTRASI. Di awal tahun, harga minyak mentah dan gas alam masih didukung naiknya permintaan, sedangkan batubara terbebani pasokan yang berlimpah.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga komoditas energi masih dalam tren positif pada awal tahun 2025. Minyak mentah dan gas alam didukung naiknya permintaan, sedangkan batubara dibebani pasokan yang berlimpah.

Berdasarkan data Tradingeconomics, Rabu (15/1) pukul 19.45 WIB, harga minyak mentah WTI meningkat 6,08% secara mingguan menjadi US$ 77,76 per barel. Harga gas alam naik 7,46% secara mingguan ke US$ 3,9174 per mmbtu. Sedangkan, harga batubara turun 2,45% dalam sepekan ke US$ 115 per ton.

Pengamat komoditas dan Founder Traderindo.com, Wahyu Tribowo Laksono mencermati, harga minyak mentah telah naik signifikan sejak akhir tahun lalu berkaitan dengan kemenangan Trump. Hal itu karena kebijakan Trump sangat pro fosil dan juga keras terhadap isu geopolitik yang mengerek harga minyak.

‘’AS juga melakukan kebijakan tekanan terhadap Rusia dan Iran khususnya terkait ancaman sanksi minyak yang bisa memicu disrupsi suplai,’’ jelas Wahyu saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (15/1).

Baca Juga: Harga Minyak Naik pada Rabu (15/1), Ketidakpastian Dampak Sanksi Membatasi Kenaikan

Wahyu menyebutkan, harga minyak mentah turut dipengaruhi pulihnya ekonomi AS yang terlihat dari data inflasi dan pasar tenaga kerja. Positifnya ekonomi AS membuka harapan naiknya permintaan Amerika terhadap minyak.

Di lain sisi, ancaman ekonomi AS seperti penerapan tarif dagang lebih tinggi dapat membatasi impor minyak China yang juga masih dibebani perlambatan ekonomi serta deflasi.

Wahyu menilai, risiko permintaan yang lebih sedikit dari China terhadap komoditas energi mungkin juga berpengaruh pada lesunya harga batubara belakangan ini. Ancaman kelebihan pasokan (oversupply) juga berefek pada permintaan yang tidak seimbang saat produksi terus meningkat.

‘’Lonjakan pasokan domestik bertabrakan dengan permintaan batu bara yang lemah karena pemulihan ekonomi China goyah,’’ tutur Wahyu.

Sementara itu, Wahyu memandang, harga gas alam melonjak signifikan karena kekhawatiran akan musim dingin, ketidakpastian geopolitik, dan kendala pasokan.

Dia menjelaskan bahwa suhu rata-rata di belahan bumi utara, termasuk Eropa, China, dan Jepang, diperkirakan akan turun di bawah rata-rata tahun ini, sehingga kemungkinan menyebabkan meningkatnya permintaan pemanas.

Gas alam turut dipengaruhi dampak geopolitik Rusia yang membuat Eropa mengalihkan pasokan gas alam ke AS dan Norwegia. Keduanya telah menjadi pemasok utama gas alam ke Eropa setelah agresi Rusia ke Ukraina pada 2022.

Harga gas alam melambung ke lebih dari US$10 MMBtu pada Agustus 2022, tetapi terus beranjak turun karena kelebihan pasokan usai AS menaikkan produksi. Namun, produsen utama AS, termasuk EQT dan Coterra Energy, telah menstabilkan harga dengan cara mengurangi output pada bulan Agustus lalu.

‘’Gangguan produksi yang disebabkan oleh Badai Rafael di Teluk Meksiko juga turut memicu tren bullish harga gas alam sejak November,’’ imbuh Wahyu.

Baca Juga: Ukraina Beralih dari Gas Rusia ke Gas AS

Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengamati, harga minyak mentah naik dipengaruhi oleh kekhawatiran penurunan pasokan global oleh sanksi baru AS terhadap minyak Rusia. Gas alam didukung oleh cuaca yang lebih dingin di belahan bumi utara dan berhentinya pasokan gas Rusia ke Eropa.

Sementara itu, harga batubara terus menurun akibat kekhawatiran gangguan pasokan besar-besaran oleh La Lina di Australia yang tidak terjadi, di saat produksi masih terus meningkat dan membuat inventaris juga semakin tinggi.

Menurut Lukman, harga batubara terus menurun menuju ke harga ideal di kisaran US$ 100 per ton. Sentimen umum untuk batubara adalah pertumbuhan ekonomi global terutama China dan stimulusnya.

Lalu kebijakan tarif Trump, yang belakangan ini kekhawatiran agak mereda karena Trump diberitakan akan selektif dan menaikkan tarif secara perlahan. Namun produksi China 2025 yang diperkirakan masih akan meningkat, hal ini akan membebani harga batubara.

‘’Saya melihat peralihan ke energi bersih dan terbarukan yang pesat masih akan terus menekan harga batubara, ujar Lukman kepada Kontan.co.id, Rabu (15/1).

Lukman menambahkan, pada harga minyak mentah ke depannya akan lebih dipengaruhi oleh permintaan dan pasokan global, produksi Amerika Utara dan bagaimana rencana negara pengekspor minyak mentah bersama sekutu (OPEC+) memulihkan produksi mereka.

Baca Juga: Produksi Batubara Tahun Ini Bakal Dipacu

Untuk gas alam biasanya musiman (seasonal) yang naik menjelang musim dingin. Saat ini produksi gas alam di AS masih tinggi dan terus meningkat, sehingga akan kembali mengisi inventaris setelah musim dingin berlalu. Sedangkan gas alam Eropa yang ditinggalkan Rusia, dipengaruhi produksi yang terus meningkat karena Norwegia dan AS kini menjadi pemasok utama.

Secara keseluruhan, Lukman memproyeksi harga rata-rata minyak mentah WTI akan berkisar US$ 72 – US$ 75 per barel di kuartal I-2025. Sedangkan, harga gas alam di kisaran US$3.500 -US$ 3.700 Mmbtu dan batubara di level US$ 110 per ton.

Wahyu memperkirakan, harga minyak mentah WTI akan bullish dalam kisaran US$ 65 – US$ 90 per barel. Sementara itu, harga gas alam diperkirakan berkisar US$ 3.000 – US$ 6.000 Mmbtu, dan harga batubara diperkirakan turun di kisaran US$ 100 – US$ 140 per barel pada kuartal I-2025.

Selanjutnya: ShopTokopedia&TokopediaSummit:Transaksi Penjual LiveStreaming di TikTok Naik 30XLipat

Menarik Dibaca: Lavalen Medica dan Prof. Xanya Sofra Hadirkan Teknologi Infinity Gym

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×