Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) masih mengeruk laba positif sepanjang tahun lalu. Pada tahun ini, analis masih optimistis kinerja INDF akan tumbuh.
Hingga Desember 2016, laba bersih INDF tumbuh 39,6% year-on-year (yoy) menjadi Rp 4,14 triliun. Margin laba emiten ini juga menebal dari 4,6% menjadi 6,2%.
Sementara penjualan INDF meningkat 4,2% (yoy) menjadi Rp 66,75 triliun. Bisnis produk konsumen bermerek dari PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) berkontribusi 51% pada penjualan INDF. Adapun bisnis bogasari, agribisnis dan distribusi menyumbang 22%, 19% dan 8%.
Analis BCA Sekuritas Jennifer Frederika Yapply menilai, pendapatan dari sektor agribisnis yang menguat pada kuartal IV-2016 mendorong pendapatan dan laba bersih sebelum pajak (EBIT) INDF.
Selain itu, pemangkasan utang ICBP menurunkan rasio utang terhadap ekuitas INDF. Apalagi, divestasi anak usahanya, China Minzhong Food Corporation Limited, telah tuntas. Rasio debt to equity INDF turun dari 61,7% di kuartal III-2016 menjadi 51% pada akhir tahun lalu.
Nilai tukar
Analis Kresna Securities Stella Amelinda juga bilang, kinerja INDF tahun lalu di atas ekspektasi. Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS juga turut menopang kinerja INDF.
Nilai tukar rupiah yang menguat dari Rp 13.795 per dollar AS di 2015 menjadi Rp 13.436 pada 2016 membuat beban keuangan INDF turun signifikan. INDF juga sudah mengurangi utang valuta asing yang membuat net gearing ratio turun dari 0,34 kali pada 2015 menjadi 0,21 kali di 2016.
Stella melanjutkan, harga crude palm oil (CPO) yang berbalik arah menanjak pada 2016 setelah jatuh pada tahun sebelumnya membuat sektor perkebunan INDF lebih menjanjikan. "Kami yakin harga CPO akan lebih stabil pada tahun ini, dengan pemulihan dari El Nino, sehingga divisi perkebunan bisa berkontribusi lebih besar ke EBIT dan profit INDF," ujar Stella dalam risetnya pada Rabu (29/3).
Jennifer juga memperkirakan, pada kuartal I-2017 pendapatan INDF didorong sektor agribisnis. Sementara dari divisi tepung, harga gandum diramal lebih stabil, sehingga margin Bogasari akan tetap bertahan di level saat ini. Volume Bogasari diperkirakan tumbuh 2,5%, namun ia meragukan divisi Bogasari bakal memberi dorongan signifikan pada kinerja INDF tahun ini.
Jennifer memperkirakan pendapatan INDF naik 10,19% menjadi Rp 73,59 triliun pada tahun 2017. Adapun laba bersihnya diprediksi Rp 4,4 triliun, atau tumbuh 18,3% dibandingkan tahun lalu.
Stella menilai, INDF masih menjadi market leader industri barang konsumsi di Indonesia. Apalagi pertumbuhan ekonomi diprediksi akan lebih baik daripada tahun lalu. INDF juga tetap memiliki konsumen yang loyal. Stella menghitung, pendapatan INDF pada 2017 naik menjadi Rp 71,4 triliun, dengan laba bersih Rp 4,3 triliun.
Stella dan Jennifer sama-sama memberi rekomendasi buy saham INDF. Target harga dari keduanya adalah Rp 9.300 per saham.
Analis DBS Vickers Securities Tiesha Putri juga merekomendasikan buy INDF dengan target harga Rp 9.500 per saham. Harga saham INDF kemarin tak berubah, yakni di Rp 8.000 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News