Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten semen diprediksi masih akan positif di sisa tahun 2023. Namun, bukan berarti kinerja emiten semen tanpa halangan.
Sektor properti saat ini tengah menggeliat di tengah meningkatnya permintaan dari masyarakat. Di sisi lain, sektor infrastruktur masih melambat pergerakannya, karena ancaman suku bunga The Fed yang masih bisa naik lagi di tahun ini.
Equity Analyst Kanaka Hita Solvera Raditya Pradana melihat, permintaan semen diproyeksikan masih berkisar 3% - 5% di tahun ini, terutama karena ditopang oleh katalis pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Baca Juga: Indocement (INTP) Gandeng Krakatau Posco untuk Penuhi Bahan Baku Semen Hijau
Namun, oversupply masih diperkirakan terjadi. Saat ini, pasar semen di Indonesia tengah dilanda kelebihan pasokan semen hingga 120 juta ton per tahun. “Sementara, permintaan hanya mencapai 60 juta sampai 65 juta ton per tahun,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (3/9).
Oversupply yang terjadi di industri semen saat ini menjadi pemberat kinerja emiten produsen semen di semester II 2023.
“Tetapi, pertumbuhan kinerja masih bisa terjadi dengan adanya proyek kenaikan permintaan semen di kisaran 3% - 5% di tahun ini,” tuturnya.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, era suku bunga yang tinggi tentu akan menjadi pemberat kinerja emiten semen di sisa tahun 2023.
Baca Juga: Simak Saham-Saham Top Picks Sejumlah Sekuritas Menjelang Akhir Tahun
“Di tahun depan, soft landing policy terkait suku bunga harus diterapkan oleh central banks untuk memaksimalkan pertumbuhan ekonomi di negara terkait,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (12/9).
Nafan melihat, kinerja emiten semen selama semester I 2023 pun sudah baik. Hal itu tercermin dari pertumbuhan pendapatan yang dicatatkan sejumlah emiten semen di semester I 2023.
Untuk jangka panjang, emiten semen juga harus gencar menerapkan kebijakan yang pro konsep environmental, social, and governance (ESG), sehingga bisa memperkuat good corporate governance (GCG) ke depannya.
Baca Juga: Asing Banyak Menadah Saham-Saham Ini Saat IHSG Tertekan di Zona Merah Selama Sepekan
“Kalau dari pendapatan, pertumbuhan emiten semen sudah bagus dan diikuti kenaikan laba. Di sisi lain, terkait dengan gasifikasi, ini bisa membantu emiten semen mewujudkan GCG dalam bidang ESG,” paparnya.
Raditya merekomendasikan beli untuk PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dengan target harga masing-masing Rp 11.800 dan Rp 7.700 per saham.
Sementara, Nafan merekomendasikan hold untuk INTP dan SMGR dengan target harga masing-masing Rp 11.400 dan Rp 7.250 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News