kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.969.000   -22.000   -1,10%
  • USD/IDR 16.911   -1,00   -0,01%
  • IDX 6.660   25,27   0,38%
  • KOMPAS100 960   3,90   0,41%
  • LQ45 748   3,36   0,45%
  • ISSI 211   0,71   0,34%
  • IDX30 389   1,63   0,42%
  • IDXHIDIV20 468   1,53   0,33%
  • IDX80 109   0,53   0,49%
  • IDXV30 114   0,33   0,29%
  • IDXQ30 128   0,39   0,31%

BI Tahan Suku Bunga di 5,75%, Begini Respons Emiten Properti


Kamis, 24 April 2025 / 09:21 WIB
BI Tahan Suku Bunga di 5,75%, Begini Respons Emiten Properti
ILUSTRASI. Cluster Myna yang dikembangkan PT Metropolitan Land Tbk di Metland Cikarang.


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten properti masih optimistis dengan kinerja industri, meskipun Bank Indonesia kembali menahan suku bunga di level 5,75% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) April 2025.

Artinya, BI mempertahankan BI-rate di level 5,75% selama tiga bulan berturut-turut, setelah Januari 2025 memangkas suku bunga acuan sebanyak 25 basis poin (bps) dari 6% menjadi 5,75%.

PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) mengaku optimistis kinerja industri properti masih akan baik-baik saja di tahun 2025.

Direktur PT Metropolitan Land Tbk Olivia Surodjo menilai, suku bunga acuan BI masih menarik. Sebab, kredit kepemilikan rumah (KPR) dari perbankan besar menawarkan bunga single digit. 

Baca Juga: BI Rate Masih Tinggi, Emiten Properti Gigit Jari

Apalagi, pemerintah masih melanjutkan program PPN DTP untuk pembelian rumah. Oleh karena itu, MTLA tetap menargetkan pertumbuhan, walaupun targetnya cukup konservatif.

“Kendati demikian, MTLA tetap mewaspadai pelemahan ekonomi akibat kebijakan tarif resiprokal yang diberlakukan Amerika Serikat (AS) yang akan berdampak pada bisnis properti,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (24/4).

Sementara, PT Ciputra Development Tbk (CTRA) mengaku tak khawatir dengan penentuan arah level suku bunga Bank Indonesia (BI).

Direktur CTRA Harun Hajadi menjelaskan, jika suku bunga ditahan, pengaruhnya sudah sangat kecil ke kinerja perseroan dan industri properti secara keseluruhan. Sebab, ada hal lain yang lebih penting untuk diperhatikan dari dampak penahanan suku bunga itu, yaitu pertumbuhan ekonomi secara riil.

“Suasana stabilitas ekonomi, pengeluaran pemerintah, dan stabilitas nilai tukar rupiah harus bisa dirasakan. Sebab, rumah itu big ticket items, sehingga pengeluarannya (konsumen) lebih hati-hati,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (23/4).

Harun mengatakan, pihaknya masih akan terus melihat perkembangan ekonomi domestik dan global hingga semester II-2025. Sebab, pemerintahan Indonesia saat ini terbilang masih baru dan masih mencari bentuk, sehingga banyak kordinasi baru yang belum lancar. 

Baca Juga: Menilik Prospek Kinerja Emiten Properti Pasca BI Rate Tetap 5,75%

“Nanti kami lihat. Kami business as usual, pembangunan masih jalan terus, pencarian proyek-proyek baru masih terus berjalan,” katanya.

Di sisi lain, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) menganggap suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) saat ini relatif tinggi. Namun, SMRA optimistis dengan outlook pasar properti di kuartal II 2025. 

“Kami melihat permintaan properti di segmen menengah ke atas masih akan cukup baik. Kami yakin calon pembeli akan memanfaatkan alternatif pembayaran melalui KPR yang ditawarkan oleh bank, yang relatif kompetitif,” kata Direktur PT Summarecon Agung Tbk Lydia Tijo, kepada Kontan, Rabu (23/4).

Ke depan, SMRA tetap melakukan launching produk-produk baru dan juga menawarkan produk dalam stock inventory. 

“Khususnya, yang memenuhi kriteria untuk program insentif PPN DTP dari pemerintah yang diberlakukan tahun ini,” ujarnya. 

Selanjutnya: 7 Film Romantis Populer Ini Menampilkan Setting Cerita Eropa yang Indah

Menarik Dibaca: 7 Film Romantis Populer Ini Menampilkan Setting Cerita Eropa yang Indah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×