Reporter: Aris Nurjani | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten sektor konsumer diprediksi akan mengalami perlambatan pada semester I-2023. Kendati saat ini, kinerja emiten konsumer masih positif tertopang pulihnya daya beli masyarakat.
Head of Retail Research Analyst BNI Sekuritas, Fanny Suherman, memperkirakan kinerja emiten konsumer pada semester I-2023 akan melambat karena adanya perubahan kebiasaan konsumen dalam berbelanja.
Menurut Fanny, pada masa pasca pandemi, masyarakat mulai kembali aktif bepergian sehingga terjadi penurunan pada pengeluaran di sektor Fast Moving Consumer Goods (FMCG).
Berdasarkan data Nielsen, market FMCG menurun sebesar 4,4% di April 2023 dibandingkan dengan 3 bulan sebelumnya.
Baca Juga: Intip Saham-Saham Berprospek Menarik dan Bisa Investasi Jangka Panjang
Pihaknya melihat bahwa penjualan PT Mayora Indah Tbk (MYOR) dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) pada kuartal II-2023 berpotensi di bawah ekspektasi. Sementara itu, untuk PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) berpotensi resultnya sesuai dengan ekspektasi.
"Dan akan diuntungkan dari kenaikan harga jual yang akan menopang kinerja mereka di kuartal II-2023," jelasnya kepada Kontan, Minggu (30/7).
Sementara, Fanny mengatakan untuk hasil kinerja PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) di kuartal II-2023 di bawah ekspektasi. Adapun laba bersih pada semester I-2023 tumbuh 1% secara tahunan atau hanya 36% dari proyeksi BNI Sekuritas.
Menurut Fanny hal tersebut jauh di bawah rata-rata dalam 5 tahun terakhir yaitu sebesar 44%. Hal ini dapat terjadi karena penjualan di bawah estimasi sebagai efek dari penurunan daya beli masyarakat.
Baca Juga: Tepis Hoaks, Bank Central Asia (BBCA) Beri Tips Amankan Dana Nasabah
Sedangkan, untuk hasil kinerja PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) di kuartal II-2023 juga di bawah prediksi, dimana laba bersih turun 4% secara tahunan dan di semester I-2023 laba bersih turun 19,55% secara tahunan.
"Atau hanya 48% dari proyeksi dimana hal tersebut juga di bawah rata-rata 5 tahun terakhir yaitu sebesar 51%. Hal ini terjadi karena penjualan turun 9% YoY pada kuartal II-2023," ujarnya.
Fanny mengatakan walaupun emiten konsumer masih diliputi beberapa tantangan, namun laba bersih dari beberapa perusahaan consumer masih terdorong oleh ekspansi margin.
Hal ini ditopang oleh harga-harga bahan baku seperti gandum, kelapa sawit, harga minyak masih cenderung terkoreksi di kuartal II-2023, walaupun untuk gula dan kopi sudah naik dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Baca Juga: Genjot Pertumbuhan Bisnis, Kino Indonesia (KINO) Rilis Sejumlah Produk Baru
Fanny mengatakan sentimen negatif bagi emiten konsumer berasal dari posisi Rusia yang mundur dari perjanjian Laut Hitam (Black Sea Grain deal), sehingga harga gandum sedikit naik, tapi masih terkendali.
Sementara katalis positif dari ada potensi kenaikan penjualan di semester II-2023 seiring dengan meningkatnya daya beli masyarakat menjelang pemilu.
Fanny merekomendasikan saham ICBP dengan target harga Rp 13.000.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News