kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45902,73   10,14   1.14%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja Emiten Grup Salim Beragam, Simak Rekomendasi Sahamnya


Selasa, 26 Maret 2024 / 17:26 WIB
Kinerja Emiten Grup Salim Beragam, Simak Rekomendasi Sahamnya
ILUSTRASI. Sejumlah emiten Grup Salim tercatat sudah merilis laporan keuangannya.KONTAN/Cheppy A. Muchlis/07/03/2024


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten Grup Salim masih ditopang oleh kinerja anak usaha produsen Indomie, yaitu PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).

Sejumlah emiten Grup Salim tercatat sudah merilis laporan keuangannya. Kinerja mereka pun tercatat beragam.

PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) mencatat laba bersih Rp 8,14 triliun pada 2023, naik 28,12% secara tahunan atau year on year (YoY) dari Rp 6,35 triliun di 2022. Penjualan bersih INDF mencapai Rp 111,7 triliun di 2023, naik 0,79% YoY dari Rp 110,83 triliun.

ICBP juga mencatatkan kinerja yang positif. Produsen Indomie ini mengantongi pendapatan bersih Rp 67,1 triliun selama 2023, naik 4,80% YoY dari Rp 64,79 triliun. Penjualan mi instan berkontribusi sebesar Rp 50,43 triliun.

Baca Juga: Kinerja Keuangan Tahunan Indofood untuk Tahun yang Berakhir pada 31 Desember 2023

Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk ICBP mencapai Rp 6,99 triliun di 2023, naik 52,39% YoY dari Rp 4,58 triliun pada 2022.

Di sisi lain, sejumlah emiten minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) milik Salim kinerjanya menurun.

PT London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) yang membukukan penjualan sebesar Rp 4,19 triliun di tahun 2023. Penjualan LSIP itu turun 9% dari penjualan di tahun 2022. Laba yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk LSIP turun menjadi Rp 762 miliar di 2023, merosot 26% dari tahun 2022 yang sebesar Rp 1,03 triliun.

Presiden Direktur LSIP Benny Tjoeng mengatakan, penurunan penjualan itu terjadi seiring dengan turunnya harga jual rata-rata produk sawit, baik CPO maupun palm kernel (PK) di tahun 2023.

“Sebagiannya juga diimbangi oleh kenaikan volume penjualan produk sawit seiring realisasi persediaan CPO di akhir tahun sebelumnya,” ujarnya dalam keterangan resmi beberapa waktu lalu.

Sementara itu, PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 39% menjadi Rp 736 miliar sepanjang 2023. Pada tahun sebelumnya, laba bersih SIMP sebesar Rp 1,19 triliun. SIMP mencatatkan penjualan sebesar Rp 16 triliun di 2023, turun 10% dari periode yang sama tahun 2022 sebesar Rp 17,7 triliun.

Direktur Utama Grup PT Salim Ivomas Pratama Tbk Mark Wakeford mengatakan, penurunan penjualan SIMP disebabkan terkoreksinya harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) produk sawit serta produk minyak dan lemak nabati.

“Namun, sebagian juga diimbangi oleh kenaikan volume penjualan produk sawit dan produk edible oils dan fat (EOF) bermerk,” ujarnya dalam keterangan resmi beberapa waktu lalu.

Head of Investment Nawasena Abhipraya Investama, Kiswoyo Adi Joe melihat, kinerja emiten Grup Salim masih ditopang oleh sumbangan kinerja ICBP. Hal ini tercermin dari penjualan produk konsumen bermerek INDF mencapai Rp 68,59 triliun, termasuk di dalamnya produk dari ICBP.

“Penjualan ICBP tidak dilakukan di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Pendapatan dari Indomie juga menjadi penopang kinerja INDF tahun 2023,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (26/3).

Kinerja apik penjualan ICBP dan INDF ini bahkan terjadi di tengah peningkatan harga gandum global. Hal itu menunjukkan bahwa Grup Indofood memiliki cadangan bahan baku yang cukup.

Baca Juga: Laba Indofood CBP (ICBP) Mengembang 52% Menjadi Rp 6,99 Triliun pada Tahun 2023

“Stok mereka mungkin bisa untuk 6 bulan mendatang. Ini artinya, Indofood Group berhasil mengamankan pasokan bahan baku dan mengelolanya dengan baik,” paparnya.

Di sisi lain, kinerja buruk dari LSIP dan SIMP dinilai Kiswoyo murni karena gejolak harga CPO global. Sebagai produsen CPO, LSIP dan SIMP harus mengikuti harga jual pasar. Akibatnya, penjualan mereka menurun di tahun lalu dan membebani kinerja Indofood Group secara signifikan.

“Untuk segmen bisnis lainnya itu kontribusinya kecil. Emiten seperti PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) dan PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) hanya terafiliasi, tetapi tidak terkonsolidasi ke keuangan grup secara keseluruhan,” tuturnya.

Di tahun 2024, kinerja emiten Grup Salim ini diperkirakan akan lebih baik dibandingkan tahun lalu. Salah satu pendorongnya adalah tingginya konsumsi masyarakat Indonesia di tahun pemilu.

“Pembagian sembako dan produk lainnya selam masa kampanye tentu akan meningkat dan akan meningkatkan penjualan grup secara keseluruhan,” ungkapnya.

Selain itu, harga CPO diperkirakan akan membaik di tahun 2024. Alhasil, LSIP dan SIMP memiliki kesempatan untuk memperbaiki kinerja mereka di tahun ini.

Kiswoyo pun merekomendasikan beli untuk INDF dan ICBP dengan target harga masing-masing Rp 7.000 per saham dan Rp 12.500 per saham. LSIP dan SIMP direkomendasikan buy on weakness untuk dikoleksi jangka panjang dengan target harga masing-masing Rp 1.600 per saham dan Rp 800 per saham.

Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo melihat, pergerakan saham ICBP masih berada di fase downtrend dengan support Rp 10.000 per saham dan resistance Rp 11.125 per saham. Alhasil, William masih merekomendasikan wait and see untuk ICBP.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×