kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kinerja emiten batubara loyo di kuartal III 2019, pebisnis putar otak


Sabtu, 02 November 2019 / 13:13 WIB
Kinerja emiten batubara loyo di kuartal III 2019, pebisnis putar otak
ILUSTRASI. Kontraktor pertambangan batubara PT Bukit Makmur Mandiri Utama atau BUMA, anak usaha PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID). Sejumlah emiten tambang batubara menyiapkan strategi untuk menggenjot kinerja hingga akhir 2019. Foto Dok DOID


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi

Dileep melanjutkan, BUMI juga sedang mendiversifikasi pendapatannya lewat produksi logam (zink, emas, perak, dan timah) oleh PT Bumi Resources Mineral Tbk (BRMS) dimana BUMI memiliki 36% saham BRMS. Meski tidak menyebutkan angka pasti, namun Dileep yakin kinerja keuangan BUMI akan lebih baik dibandingkan realisasi tahun lalu.

Sementara itu, PT Indika Energy Tbk (INDY, anggota indeks Kompas100) akan berfokus pada stabilitas keuangan dan peningkatan produktivitas. Selain itu, INDY juga fokus mendiversifikasi pendapatannya salah satunya dengan menambah porsi kepemilikan 21,02% saham Nusantara Resources Limited yang merupakan induk dari Masmindo Dwi Area.

Untuk diketahui, Masmindo Dwi Area memegang konsesi pertambangan emas proyek Awak Mas di Sulawesi Selatan. “Kami tetap optimis dengan prospek dan fundamental industri batubara ke depan walaupun volatilitas harga batubara masih berlanjut,” Managing Director dan CEO Indika Energy, Azis Armand dalam rilis, (1/11).

Baca Juga: Laba Kresna Graha Investama (KREN) merosot di kuartal III 2019, kenapa?

Untuk diketahui, pada kuartal III 2019 pendapatan emiten anggota Kompas 100 ini turun 4,6% menjadi US$ 2,08 miliar. INDY juga harus mengalami kerugian sebesar US$ 8,6 juta. Padahal, pada kuartal III 2018, INDY masih menikmati laba bersih senilai US$ 112,20 juta.

Strategi juga dilakukan oleh emiten jasa kontraktor pertambangan, salah satunya PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID). Head of Investor Relations Delta Dunia Makmur Regina Korompis mengatakan, hingga akhir 2019 DOID menargetkan dapat membukukan pendapatan sebesar US$ 810 juta hingga US$ 910 juta.

Sementara untuk EBITDA. Regina bilang target yang disasar DOID adalah sebesar US$ 240 juta – US$ 280 juta. Untuk mencapai target ini, DOID akan meningkatkan produktivitas dan meningkatkan efisiensi sehingga berdampak pada keuntungan.

Sebagai contoh, DOID mengubah frekuensi pengiriman (shfit) dari tiga kali menjadi dua kali. DOID juga tengah berupaya untuk meningkatkan utilitas produksi untuk mencapai kinerja yang lebih baik lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×