Reporter: Benedicta Prima | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berlanjutnya pandemi corona belum memberikan dampak signifikan pada kinerja kuartal I 2020 sejumlah emiten batubara. Sejumlah emiten masih tetap mampu menjaga kinerja di tengah bayang-bayang pasar ekspor yang terganggu.
Kendati demikian, sejumlah perusahaan memilih mencermati kondisi pasar sebelum melakukan perubahan target di akhir semester I ini. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) misalnya, Direktur & Corporate Secretary Bumi Resources Dileep Srivastava mengungkapkan produksi batubara BUMI sepanjang kuartal I 2020 mencapai 21,5 juta ton.
Baca Juga: Simak perkembangan proyek tambang emas J Resources (PSAB) di tahun ini
"Jumlah ini lebih tinggi 6% year on year (yoy) dari realisasi periode yang sama di tahun 2019 lalu," jelas Dileep ketika dihubungi Kontan.co.id, Selasa (5/5).
Ia pun memastikan, BUMI juga tetap berupaya memenuhi ketentuan Domestic Market Obligation (DMO). Menurutnya, realisasi DMO pada kuartal I 2020 mencapai di atas 20% dari jumlah produksi. Dileep melanjutkan pihaknya tetap memantau perkembangan dan dampak dari pandemi corona terhadap kinerja perusahaan.
Adapun, BUMI bakal melakukan penyesuaian jika dirasa perlu. Meski belum mau merinci, Dileep menuturkan, produksi batubara pada awal kuartal II 2020 atau bulan April masih beradab pada rentang yang normal.
Menurutnya, kendala saat ini adalah harga batubara yang masih melemah. Di sisi lain, pasar ekspor Tiongkok dinilai semakin membaik, kendati demikian India yang juga merupakan pasar tujuan ekspor masih terkendala akibat kebijakan lockdown negara tersebut.
Baca Juga: Indeks High Dividend 20 lebih anjlok dibanding IHSG, ini sebabnya
Setali tiga uang, PT ABM Investama Tbk (ABMM) enggan terburu-buru mengambil kebijakan merevisi target di tahun ini. Direktur ABM Investama Adrian Erlangga mengakui pasar ekspor ABMM cukup terganggu akibat pandemi corona khususnya dua negara tujuan ekspor, Tiongkok dan India.
Untuk itu, ABMM berencana melakukan diversifikasi pasar ekspor. Adapun, sejumlah negara yang menjadi tujuan yakni Thailand dan Vietnam. "Adanya dampak Corona di India dan China cukup terasa. Tapi kami mendapatkan pasar lain, Vietnam dan Thailand sebelumnya kecil, sekarang volumenya membesar," kata Adrian kepada Kontan.co.id, pekan lalu.
Per Maret 2020 lalu, produksi ABMM mencapai 3,4 juta ton. Capaian tersebut meningkat 9,67% yoy dimana pada periode yang sama di tahun lalu produksi batubara ABMM mencapai 3,1 juta ton. Di tahun ini, ABMM berencana memproduksi 15 juta ton batubara dengan target penjualan yang relatif sama.
Mengutip pemberitaan Kontan.co.id, satu emiten batubara lainnya, PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) juga tetap berencana menjaga target di tahun ini kendati dibayangi pelemahan harga batubara. Manajemen kembali menerapkan strategi cost reduction atau pengurangan biaya untuk menghadapi sentimen itu.
Baca Juga: Malindo (MAIN) berharap permintaan meningkat pada bulan puasa dan jelang lebaran
Sekretaris Perusahaan MBAP Chandra Lautan menyampaikan, hingga kuartal I 2020, MBAP telah mampu memproduksi batubara kurang lebih sebanyak 26% dari target produksi yang ditetapkan pada tahun ini. Artinya, produksi batubara MBAP kemungkinan berada di level 1,04 juta ton per kuartal I-2020.
Pada tahun ini sendiri MBAP menargetkan produksi sebesar 4 juta ton. “Secara operasional, kami masih tetap mengikuti jadwal produksi yang ditetapkan,” kata dia, Selasa lalu (28/4).
Target produksi batubara MBAP sendiri memang tidak jauh berbeda dengan realisasi produksi di tahun 2019 silam. Berdasarkan laporan tahunan 2019, kala itu MBAP berhasil memproduksi 4,18 juta ton batubara. Di saat yang sama, perusahaan ini juga mampu menjual batubara sebanyak 4,42 juta ton.
Baca Juga: XL Axiata (EXCL) teken fasilitas pinjaman dengan BBCA Rp 1,5 triliun
Chandra mengaku, sejauh ini pandemi virus Corona belum terlalu berpengaruh terhadap kinerja produksi batubara MBAP. Manajemen MBAP pun tetap menjalankan protokol standar penanganan corona baik di kantor pusat maupun di lokasi tambang.
Tahun lalu, China menjadi negara tujuan ekspor batubara terbesar bagi MBAP dengan total penjualan sebesar US$ 74,33 juta. Kemudian diikuti oleh Korea Selatan sebesar US$ 52,64 juta dan Malaysia sebesar US$ 48,03 juta. Adapun penjualan batubara MBAP ke pasar domestik tercatat sebesar US$ 29,34 juta.
Chandra menyebut, secara umum pihaknya masih percaya dengan kemampuan ekspor batubara ke luar negeri. “Perusahaan mampu melakukan penjualan batubara dengan mengoptimalkan pasar yang ada saat ini, termasuk mencari pasar baru baik domestik maupun ekspor,” terang dia.
Langkah berbeda ditempuh, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang mulai mengambil ancang-ancang merevisi target produksi dan penjualan jika dampak pandemi corona masih terus berlanjut hingga melewati semester I tahun ini.
Baca Juga: Pendapatan Malindo Feedmill (MAIN) maik 11,19% sepanjang 2019
Skenario terburuk PTBA, Covid-19 bisa sampai Oktober atau November tahun ini. "Dengan kondisi seperti ini, ekonomi Indonesia akan tumbuh negatif seperti yang dikatakan Menteri Keuangan," kata Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin saat konferensi pers virtual, kemarin (4/5).
mencatatkan volume penjualan batubara di sepanjang kuartal pertama 2020 sebesar 6,8 juta ton. Realisasi ini naik 2,1% dari pada periode yang sama tahun sebelumnya yakni 6,6 juta ton . Meski demikian, volume produksi PTBA terkontraksi sekitar 2,8% yang disebabkan oleh curah hujan yang tinggi khususnya pada awal tahun.
Pencapaian emiten pelat merah ini tidak lepas dari strategi manajemen dalam melakukan efisiensi yang berkelanjutan di semua lini & mengoptimalkan peluang pasar ekspor ke beberapa negara seperti India, Hong Kong, Taiwan, Thailand, Vietnam dan sejumlah negara Asia lainnya.
“Strategi optimasi penjualan ekspor batubara medium to high calorie ke premium market juga menyokong pencapaian ini,” ujar Hadis Surya Palapa, Sekretaris Perusahaan Bukit Asam.
Baca Juga: Rasio dividen Indo Tambangraya (ITMG) diprediksi lebih rendah, ini sebabnya
Hadis mengatakan, pandemi Covid-19 yang terjadi mulai dari akhir tahun 2019 memang belum memberikan dampak yang signifikan bagi kinerja PTBA pada kuartal I-2020. Namun memasuki periode triwulan II, dampak dari semakin meluasnya penyebaran Covid-19 mulai dirasakan oleh PTBA.
Meski demikian, Hadis masih memberi sinyal belum ada perubahan alokasi belanja modal atau capital expenditure (capex). “Saat ini kami sedang melakukan kalkulasi ulang terhadap rencana produksi dan penjualan tahun 2020 ini dengan mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang akan muncul akibat dari semakin meningkatnya penyebaran wabah Covid-19 ini. Namun untuk capex kemungkinan cenderung tidak berubah,” sambung dia.
Sebagai gambaran, awalnya PTBA merencanakan produksi batubara sebesar 30,3 juta ton hingga akhir 2020 atau naik 4% dari realisasi tahun sebelumnya. Target angkutan pada 2020 ditargetkan menjadi 27,5 juta ton atau meningkat 13% dari realisasi angkutan kereta api tahun lalu.
Baca Juga: Siap-siap, pemegang saham Indo Tambangraya (ITMG) bakal ketiban berkah dividen
Sedangkan untuk volume penjualan batubara,tahun ini PTBA menargetkan untuk menjual 29,9 juta ton, yang terdiri dari penjualan batubara domestik sebesar 21,7 juta ton dan penjualan batubara ekspor sebesar 8,2 juta ton. Jumlah ini meningkat 8% dari realisasi penjualan batubara pada akhir 2019.
Untuk tahun 2020, PTBA menganggarkan capex sebesar Rp4,0 triliun. Sebanyak Rp3,8 triliun untuk investasi pengembangan dan Rp228,9 miliar untuk investasi rutin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News