kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja bisnis LSIP turun karena harga dan cuaca


Rabu, 27 Mei 2015 / 19:05 WIB
Kinerja bisnis LSIP turun karena harga dan cuaca
ILUSTRASI. Unitlink pendapatan tetap mencetak return rata-rata 2,59% sepanjang 2023. /pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/30/08/2023.


Reporter: Benedictus Bina Naratama | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Kinerja bisnis perusahaan sawit PT PP London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP) pada kuartal I-2015 melemah. Kinerja bisnis yang tak bagus disebabkan kekeringan di Indonesia sejak awal tahun lalu.

Analis Buana Capital, Teuku Hendry Andrean dalam riset 15 Mei 2015 menilai, kinerja LSIP pada kuartal I-2015 tidak begitu menggembirakan karena hanya membukukan revenue sebesar Rp 889 miliar. Jumlah itu menurun 30,6% YoY dari Rp 1,28 triliun pada tahun 2014.

Menurut Teuku, penurunan revenue ini disebabkan rendahnya Average Selling Price (ASP) dan volume penjualan produk kelapa sawit. “Penurunan revenue LSIP ini lebih rendah dari yang diproyeksikan dengan 18,1% secara konsensus,” ujar Hendry.

Pada kuartal I-2015, perusahaan menghadapi kondisi operasional yang menantang. Produksi buah kelapa sawit LSIP mengalami penurunan sebesar 15,5%YoY menjadi 260.600 ton dibandingkan tahun 2014 yang mampu mencapai 308.406 ton. Penurunan produksi pada kuartal pertama tahun ini sebagai imbas dari kekeringan yang dialami oleh perusahaan selama 12 bulan terakhir sejak kuartal I-2014.

Buah kelapa sawit yang diproses juga turut menurun 9,3% YoY dari 432.591 pada 2014 menjadi 392.495 ton. Hal ini berdampak pada produksi crude palm oil (CPO) yang melemah 9,1% menjadi 91.228 ton dari periode yang sama tahun 2014 sebanyak 100.330 ton. Penurunan produksi juga terjadi di karet yang melemah 11,6% menjadi 3.154 ton dari 3.569 ton di kuartal I-2014 dengan produktivitas 0,3 ton per hektare.

“Satu-satunya produk LSIP yang memperoleh kinerja positif di kuartal I-2015 ini adalah volume penjualan bibit benih kelapa sawit yang tumbuh 37,4% YoY menjadi 1,5 juta benih bibit,” jelas Hendry.

Hal senada diungkapkan oleh Andre Varian, analis Ciptadana Securities dalam riset 8 Mei 2015 yang menjelaskan penurunan revenue perusahaan berdampak juga pada laba kotor yang menurun 42% YoY menjadi Rp 262 miliar. Sedangkan produksi CPO turun 9% atau sebanyak 9.000 ton dan volume penjualan yang terjun bebas 23% ke level 87 ribu ton.

Menurunnya kinerja perseroan pada kuartal I-2015 ini, menurut Andre dikarenakan terjadinya kekeringan berkepanjangan yang melanda Indonesia sejak tahun 2014 dan melambatnya produksi kelapa sawit setelah masa panen di kuartal III-2015. “Dua faktor tersebut membuat produktivitas pohon kelapa sawit menjadi jauh menurun di kuartal I-2015,” ujar Andre.

Sekitar 84% volume penjualan CPO LSIP dijual kepada PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) dengan ketentuan komersial yang wajar. Sedangkan sisanya sebesar 16% dijual ke pemain domestik lainnya. Harga jual rata-rata produk sawit saat ini sedang menurun, seiring dengan penurunan harga sawit di pasar global. Meskipun kinerja keuangan perusahaan selama tiga bulan pertama di tahun 2015 tergolong buruk, LSIP masih mencetak hasil lebih baik dibandingkan emiten lain di sektor perkebunan.

Oleh karena itu, Hendry tetap optimis terhadap prospek bisnis LSIP hingga akhir tahun 2015. Ia menjelaskan adanya potensi perubahan kondisi El Nino dari sedang menjadi kuat akan mendorong penguatan harga CPO di penghujung tahun. Berdasarkan sejarahnya, gejala gangguan iklim El Nino ini akan berdampak pada curah hujan yang di bawah rata-rata di daerah perkebunan kelapa sawit yang berimbas secara langsung pada kenaikan harga CPO.

Selain itu, pemerintah Indonesia juga telah meningkatkan kandungan minimum penggunaan minyak kelapa sawit yang diwajibkan dalam bio-fuel. Sebelumnya, pada kuartal IV-2014, kandungan minimum dalam bio-fuel meningkat dari 5% menjadi 10%. Kemudian, pada April 2015, pemerintah meningkatkan kembali menjadi 15%.

“Tujuannya adalah untuk meningkatkan permintaan CPO dalam negeri seiring dengan permintaan CPO global yang melambat, terutama dari China dan Uni Eropa,” terang Hendry.

Oleh karena itu, Hendry memprediksi LSIP akan memperoleh pertumbuhan laba bersih sebesar 7,5% atau menjadi Rp 986 miliar dari tahun 2014, Rp 916,7 miliar. Begitu juga dengan penjualan bersih yang diproyeksikan meningkat tipis 3,2% menjadi Rp 4,88 triliiun dari tahun sebelumnya Rp 4,73 triliun.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×